YAJÑA DALAM MAHABHARATA
I.
Pengertian dan Hakikat Yajña
Menurut
etimologi kata Yajña berasal dari kata yaj yang artinya memuja
atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci. Kata ini juga diartikan
bertindak sebagai perantara. Dalam Ṛgveda
VIII, 40. 4. Yajña artinya
pengorbanan atau persembahan. Yajña
merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan
untuk melakukan persembahan kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada
pelaksanaan di dalamnya mengandung unsur Karya (perbuatan), Sreya (tulus
ikhlas), Budhi (kesadaran), dan Bhakti (persembahan). Selama ini Yajña dipahami hanyalah sebatas piodalan
atau menghaturkan persembahan (Banten). Arti Yajña yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara
tulus. Yajamana artinya orang yang
melakukan atau melaksanakan Yajña,
sedangkan Yajus berarti aturan
tentang Yajña. Segala yang
dikorbankan atau dipersembahkan kepada Hyang Widhi/Tuhan dengan penuh
kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan perilaku yang tulus demi kesejahtraan alam semesta disebut dengan Yajña.
Latar
belakang manusia untuk melakukan Yajña
adalah adanya Ṛṇa (hutang). Dari Tri Ṛṇa
(tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini) kemudian menimbulkan
Pañca Yajña yaitu dari Dewa Ṛna
menimbulkan deva Yajña dan Bhuta Yajña, dari Ṛsi Ṛna menimbulkan Ṛsi Yajña, dan dari Pitra Ṛna menimbulkan
Pitra Yajña dan Manusa Yajña. Kesemuanya itu memiliki tujuan
untuk mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunjuk Veda, meningkatkan
kualitas kehidupan, pembersihan spiritual dan penyucian serta merupakan suatu
sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan Hyang Widhi/Tuhan. Inti dari Yajña adalah persembahan dan bhakti
manusia kepada Hyang Widhi/ Tuhan untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Sarana upacara inilah disebut dengan
upakara/banten. Melalui sarana berupa upakara atau banten ini, umat Hindu
menyampaikan bhaktinya kepada Hyang Widhi/Tuhan. Banten yang dipersembahkan
dimulai dari tingkatan yang terkecil sampai terbesar (kanista, madya, utama).
Kemudian banten ini dipersembahkan ketika ada upacara/piodalan juga hari-hari
raya menurut agama Hindu.
Sesajen atau banten bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkan sarana
umat dalam menyampaikan dan mewujudkan rasa bakti dan syukur kepada Brahman, Sang
Hyang Widhi. Di dalam ajaran suci Veda, Santi Parwa atau Bhagavadgita disebutkan, mereka yang makan sebelum
memberikan Yajña, maka orang itu pantas disebut pencuri. Ajaran Veda ini
mengajarkan tentang etika sopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini
berasal dari Sang Hyang Widhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum
makan diwajibkan mengadakan penghormatan dengan persembahan kepada pemilik
makanan sesungguhnya, yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Yajña itu
adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan
keteraturan sosial. Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan,
dan korban suci. Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa
pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajña, maka korban suci
ini dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:
a.
Dewa Yajña
Yajña
jenis ini adalah
persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala
manisfestasi-Nya. Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya, melaksanakan
puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentu adalah
melaksanakan piodalan/puja wali di pura dan lain sebagainya.
b.
Rsi Yajña
Rsi
Yajña adalah korban
suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajña ini
dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan
melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan
keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda
juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal
ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan
upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan
upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. Umat Hindu
memberikan Yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud
untuk menghantarkan upacara Yajña yang dilaksanakan.
c.
Pitra Yajña
Korban
suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para Pitara
atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban
setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur untuk memberikan persembahan
yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda
agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan sosial.
d.
Manusa Yajña
Manusa
Yajña adalah
pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan.
Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup
menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa
Yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan
sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu
secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya
sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga donor darah dan
membantu orang miskin juga Manusa Yajña. Namun, Manusa Yajña dalam
bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun
sebuah Yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan. Umpamanya, kalau
kita
melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak.
Untuk upacara Manusa Yajña, Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari
sejak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang diajarkan oleh
Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña, antara lain:
a.
membantu
orang tua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan dalam kondisi lalu
lintas sedang ramai;
b.
menjenguk
dan memberikan bantuan teman yang sakit;
c.
melakukan
bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis;
d.
memberikan
tempat duduk kita kepada orang tua, wanita atau anak-anak ketika berada di
dalam kendaraan umum;
e.
memberikan
sumbangan beras kepada orang yang tak mampu;
f.
membantu
memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat;
g.
membantu
fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan
h.
membantu
teman atau siapa saja yang sedang terkena musibah bencana alam, kerusuhan atau
kecelakaan lalu lintas; dan
i.
memberikan
jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit.
e.
Bhuta Yajña
Upacara
Bhuta Yajña adalah korban suci untuk
para bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para
bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu orang. Contoh
upacara bhuta Yajña adalah masegeh, macaru,
tawur agung, panca wali krama. Tujuan bhuta Yajña
adalah menetralisir kekuatan bhuta kala yang kurang baik menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan mendukung
kehidupan umat manusia.
II.
Yajña dalam
Mahabharata dan Masa Kini
SarpaYajña
Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa
yang sangat besar dan dihadiri oleh seluruh rakyat dan undangan dari raja-raja terhormat
dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari para pertapa
suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa
meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan utamaning utama.
Menjelang puncak pelaksanaan Yajña, datanglah seorang Brahmana
suci dari hutan ikut memberikan doa-restu dan menjadi saksi atas pelaksanaan upacara
yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai
macam makanan yang lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Begitu juga
Brahmana Utama ini diberikan suguhan makanan yang enak-enak. Setelah melalui perjalanan
yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura, Brahmana Utama ini sangat
lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan makanan oleh para
dayang kerajaan, Sang Brahmana Utama langsung melahap hidangan tersebut dengan cepat
bagaikan orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah
Dewi Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara Yajña besar tersebut.
Begitu melihat cara sang Brahmana Utama menyantap makanan secara tergesa-gesa,
berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan Brahmana Utama itu, seperti
tidak pernah melihat makanan, cara makannya tergesa-gesa,” kata Drupadi dengan
nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadi mencela Sang Brahmana Utama
cukup jauh, karena kesaktian dari Brahmana ini, maka apa yang diucapkan oleh
Drupadi didengarkannya secara jelas. Sang Brahmana Utama diam, tetapi batinnya
kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut.
Di dalam ajaran agama Hindu, diajarkan bahwa apabila kita melakukan tindakan
mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. Terlebih lagi apabila
mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk. Dalam kisah
berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luar biasa dari saudara
iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya. Di hadapan Maha Raja
Drestarata, Rsi Bisma, Begawan Drona, Kripacarya, dan Perdana Menteri Widura
serta disaksikan oleh para menteri lainnya, Dewi Drupadi dirobek pakaiannya oleh
Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana. Perbuatan biadab merendahkan
kehormatan wanita dengan melepaskan pakaian di depan umum, berdampak pada
kehancuran bagi negerinya para penghina. Terjadinya penghinaan terhadap Drupadi
adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana Utama ketika menikmati
hidangan.
Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana, karena dibantu oleh Krisna
dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa habis sampai adiknya
Duryodana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu Drupadi karena Drupadi
pernah berkarma baik dengan cara membalut jarinya Krisna yang terkena Panah
Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita ini adalah, kalau melaksanakan
Yajña harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela dan tidak boleh ragu-ragu.
III.
Syarat-syarat dan Aturan dalam Pelaksanaan Yajña
Agar
pelaksanaan Yajña lebih efisien, maka
syarat pelaksanaan Yajña perlu mendapat
perhatian, yaitu:
a.
Sastra, Yajña
harus berdasarkan Veda:
b.
Sraddha, Yajña
harus dengan keyakinan:
c.
Lascarya, keikhlasan
menjadi dasar utama Yajña:
d.
Daksina,
memberikan dana kepada pandita:
e.
Mantra, puja,
dan gita, wajib ada pandita atau pinandita:
f.
Nasmuta atau
tidak untuk pamer, jangan sampai melaksanakan
b.
Yajña hanya
untuk menunjukkan kesuksesan dan kekayaan: dan
c.
Anna Sevanam, yaitu
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang untuk makan
bersama.
Menurut Bhagavadaita XVII. 11, 12, dan 13 menyebutkan ada
tiga kualitas Yajña itu, yakni:
a.
Satwika Yajña:
Satwika
Yajña adalah
kebalikan dari Tamasika Yajña dan Rajasana Yajña bila didasarkan
penjelasan Bhagawara Gita tersebut di atas. Satwika Yajña adalah Yajña
yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat
yang dimaksud, antara lain:
1.
Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh
melaksanakan Yajña sembarangan, apalagi di dasarkan pada keinginan diri
sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus melalui
perhitungan hari baik dan buruk, Yajña harus berdasarkan sastra
dan tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat.
2.
Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai
melaksanakan Yajña ragu-ragu. Berusaha berhemat pun dilarang di dalam
melaksanakan Yajña. Hal ini mengingat arti Yajña itu adalah pengorbanan
suci yang tulus ikhlas. Sang Yajamana
atau penyelenggara Yajña tidak boleh kikir dan mengambil keuntungan
dari kegiatan Yajña. Apabila dilakukan, maka kualitasnya bukan
lagi sattwika namanya.
3. Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña.
Kalau Yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan seorang Sulinggih
Dwijati atau Pandita. Tetapi kalau Yajñanya kecil, cukup dipuput oleh
seorang Pemangku atau Pinandita saja.
4. Dalam setiap upacara Yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkan daksina.
Daksina adalah dana uang kepada Sulinggih atau Pinandita yang muput Yajña. Jangan sampai tidak melakukan itu, karena
daksina adalah bentuk dari Rsi Yajña
dalam Panca Yajña.
5. Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin Dharmagita. Hal ini
juga disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña. Apabila biaya untuk melaksanakan Yajña tidak besar, maka
suara gong atau Dharmagita boleh
ditiadakan.
b. Rajasika Yajña:
Yajña yang dilakukan dengan penuh harapan
akan hasilnya dan dilakukan untuk pamer saja. Rajasika Yajña adalah kualitas Yajña
yang relatif lebih rendah. Walaupun semua persyaratan dalam sattwika Yajña sudah terpenuhi, namun apabila
Sang Yajamana atau yang menyelenggarakan Yajña
ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya, maka nilai Yajña itu menjadi rendah. Dalam Siwa
Purana dijelaskan bahwa seorang Dewa Kuwera, Dewa Siwa untuk menghadiri dan
memberkahi Yajña yang akan
dilaksanakannya. Dewa Siwa mengetahui bahwa tujuan utama mengundang-Nya
hanyalah untuk memamerkan jumlah kekayaan, kesetiaan rakyat, dan kekuasaannya.
Mengerti akan niat tersebut, raja pun mengundang Dewa Siwa,
maka pada hari yang telah ditentukan, Dewa Siwa tidak mau datang, tetapi
mengirim putranya yang bernama Dewa Gana untuk mewakili-Nya menghadiri undangan
Raja itu. Dengan diiringi banyak prajurit, berangkatlah Dewa Gana ke tempat upacara.
Upacaranya sangat mewah, semua raja tetangga diundang, seluruh rakyat ikut
memberikan dukungan.
Dewa Gana diajak berkeliling istana oleh raja sambil
menunjukkan kekayaannya berupa emas, perak, dan berlian yang jumlahnya
bergudang-gudang. Dengan bangga, raja menyampaikan jumlah emas dan berliannya.
Sementara rakyat dari kerajaan ini masih hidup miskin karena kurang
diperhatikan oleh raja dan pajaknya selalu dipungut oleh Raja.
Mengetahui hal tersebut, Dewa Gana ingin memberikan pelajaran
kepada Sang Raja. Ketika sampai pada acara menikmati suguhan makanan dan
minuman, maka Dewa Gana menghabiskan seluruh makanan yang ada. Bukan itu saja, seluruh
perabotan berupa piring emas dan lain sebagainya semua dihabiskan oleh Dewa
Gana. Raja menjadi sangat bingung sementara Dewa Gana terus meminta makan.
Apabila tidak diberikan, Dewa Gana mengancam akan memakan semua kekayaan dari
Sang Raja. Khawatir kekayaannya habis dimakan Dawa Gana, lalu Raja ini kembali
menghadap Dewa Siwa dan mohon ampun. Lalu diberikan petunjuk dan nasihat agar
tidak sombong karena kekayaan dan membagikan seluruh kekayaan itu kepada
seluruh rakyat secara adil. Kalau menyanggupi, barulah Dewa Gana menghentikan
aksinya minta makan terus kepada Raja. Dengan terpaksa Raja yang sombong ini
menuruti nasihat Dewa Siwa yang menyebabkan kembali baiknya Dewa Gana. Pesan
moral yang disampaikan cerita ini adalah, janganlah melaksanakan Yajña berdasarkan
niat untuk memamerkan kekayaan.
Selain membuat para undangan kurang nyaman, juga nilai kualitas Yajña tersebut
menjadi lebih rendah.
c. Tamasika Yajña:
Yajña
yang dilakukan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk
sastranya, tanpa mantra, tanpa ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa didasari oleh kepercayaan. Tamasika Yajña adalah Yajña
yang dilaksanakan dengan motivasi agar
mendapatkan untung. Kegiatan semacam ini sering dilakukan sehingga dibuat
Panitia Yajña dan diajukan proposal untuk melaksanakan upacara Yajña dengan
biaya yang sangat tinggi. Akhirnya Yajña jadi berantakan karena Panitia
banyak mencari untung. Bahkan setelah Yajña dilaksanakan, masyarakat
mempunyai hutang di sana-sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan
dilakukan karena sangat tidak mendidik.
IV.
Mempraktikan Yajña
Menurut Kitab Mahabharata dalam Kehidupan
Beryajña
bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya walau bagaimana dan dimanapun mereka
berada. Sesuatu yang dilaksanakannya dengan dilandasi oleh Yajña adalah utama.
Bagaimana agar semua yang kita laksanakan ini dapat bermanfaat dan
bekualitas-utama, mendekatlah kepada-Nya dengan tali kasih karena sesungguhnya Tuhan
adalah Maha pengasih.
Kasih-sayang adalah sikap yang utama bagi yang melaksanakan. Dengan membiasakan
hidup selalu bersahabat sesama mahkluk, terbebas dari keakuan dan keangkuhan,
sama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Orang-orang terkasih selalu puas
dan mantap dalam mengendalikan diri, berkeyakinan yang teguh, terbebas dari
kesenangan, kemarahan, dan kebingungan. Dia yang tidak mengharapkan apapun,
murni dan giat, tidak terusik dan ia yang tidak memiliki pamrih apapun.
Demikian juga orang-orang terkasih adalah mereka yang terbebas dari pujian dan
makian, pendiam dan puas dengan apapun yang dialaminya. Persembahan apapun yang
dilaksanakan oleh seseorang kepada-Nya dapat diterima, karena beliau bersifat
mahakasih.
Daksina dan Pemimpin Yajña
Mendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam maka
terbayang dengan salah satu bentuk jejahitan yang berbentuk serobong (silinder)
terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang, kelapa,
telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuat untuk
tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang Guru (Dewa Siwa) dan
karena itu digunakan sebagai saksi Dewata.
Makna kata daksina secara umum adalah suatu penghormatan dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang
kepada pendeta/pemimpin upacara. Penghormatan ini haruslah dihaturkan
secara tulus ikhlas. Persembahan ini sangat penting dan bahkan merupakan salah
satu syarat mutlak agar Yajña yang diselenggarakan berkualitas (satwika
yadnya). Selanjutnya tentang pentingnya daksina dalam Yajña,
dikisahkan sebagai berikut:
Setelah perang Bharatayuda usai, Sri Krishna menganjurkan kepada Pandawa
untuk menyelenggarakan upacara Yajña yang disebut Aswamedha yadnya.
Upacara korban kuda itu berfungsi untuk menyucikan secara ritual dan spiritual
negara Hastinapura dan Indraprastha karena dipandang leteh (kotor) akibat
perang besar berkecamuk. Di samping itu juga bertujuan agar rakyat Pandawa
tidak diliputi rasa angkuh dan sombong akibat menang perang.
Atas anjuran Sri Krishna, di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa, Pandawa
melaksanakan Aswamedha Yajña itu. Sri Krishna berpesan agar Yajña yang
besar itu tidak perlu dipimpin oleh pendeta agung kerajaan tetapi cukup dipimpin
oleh seorang pendeta pertapa dari keturunan warna sudra yang tinggal di hutan.
Pandawa begitu taat kepada segala nasihat Sri Krishna, Dharmawangsa mengutus
patihnya ke tengah hutan untuk mencari pendeta pertapa keturunan warna sudra.
Setelah menemui pertapa yang dicari, patih itu menghaturkan sembahnya, “Sudilah
kiranya Anda memimpin upacara agama yang benama Aswamedha Yajña, wahai
pendeta yang suci”. Mendengar permohonan patih itu, sang pendeta yang sangat
sederhana lalu menjawab, “Atas pilihan Prabhu Yudhistira kepada saya seorang
pertapa untuk memimpin Yajña itu saya ucapkan terima kasih. Namun kali
ini saya tidak bersedia untuk memimpin upacara tersebut. Nanti andaikata kita
panjang umur, saya bersedia memimpin upacara Aswamedha Yajña yang
diselenggarakan oleh Prabhu Yudistira yang keseratus kali.
Mendengar jawaban itu, sang utusan terperanjat kaget luar biasa. Ia
langsung mohon pamit dan segera melaporkan segala sesuatunya kepada Raja.
Kejadian ini kemudian diteruskan kepada Sri Krishna. Setelah mendengar laporan
itu, Sri Krishna bertanya, siapa yang disuruh untuk menghadap pendeta,
Dharmawangsa menjawab “Yang saya tugaskan menghadap pendeta adalah patih
kerajaan”. Sri Krishna menjelaskan, upacara yang dapat dilangsungkan bukanlah
atas nama sang Patih, tetapi atas nama sang Raja. Karena itu tidaklah pantas
kalau orang lain yang memohon kepada Pendeta. Setidak-tidaknya Permaisuri Raja
yang harus datang kepada pendeta. Kalau permaisuri yang datang, sangatlah tepatkarena
dalam pelaksanaan upacara agama, peranan wanita lebih menonjol dibandingkan
laki-laki. Upacara agama bertujuan untuk membangkitkan prema atau kasih sayang, dalam hal ini yang paling tepat adalah
wanita.
Nasihat Awatara Wisnu itu selalu dituruti oleh Pandawa. Dharmawangsa lalu
memohon sang permaisuri untuk mengemban tugas menghadap pendeta di tengah
hutan. Tanpa mengenakan busana mewah, Dewi Drupadi dengan beberapa iringan
menghadap sang pendeta. Dengan penuh hormat memakai bahasa yang lemah lembut Drupadi
menyampaikan maksudnya kepada pendeta. Di luar dugaan, pendeta itu bersedia
untuk memimpin upacara yang agung itu. Pendeta itu kemudian dijemput
sebagaimana tatakrama yang berlaku. Drupadi menyuguhkan makanan dan minuman ala
kota kepada pendeta. Karena tidak perah hidup dan bergaul di kota, sang Pendeta
menikmati hidangan tersebut menurut kebiasaan di hutan yang jauh dengan etika
di kota.
Pendeta kemudian segera memimpin upacara. Ciri-ciri upacara itu sukses
menurut Sri Krishna adalah apabila turun hujan bunga dan terdengar suara genta
dari langit. Nah, ternyata setelah upacara dilangsungkan tidak ada suara genta
maupun hujan bunga dari langit. Terhadap pertanyaan Darmawangsa, Sri Krishna
menjelaskan bahwa tampaknya tidak ada “daksina” untuk dipersembahkan
kepada pendeta. Kalau upacara agama tidak disertai dengan daksina untuk
pendeta, berarti upacaraitu menjadi milik pendeta. Dengan demikian yang
menyelenggarakan upacara berarti gagal melangsungkan Yajña. Gagal atau
suksesnya Yajña ditentukan pula oleh sikap yang beryajña. Kalau sikapnya
tidak baik atau tidak tulus menerima pendeta sebagai pemimpin upacara, maka
gagalah upacara itu. Sikap dan perlakuan kepada pendeta yang penuh hormat dan
bhakti merupakan salah satu syarat yang menyebabkan upacara sukses.
Setelah mendengar wejangan itu, Drupadi segera menyiapkan Daksina untuk pendeta.
Setelah pendeta mendapat persembahan Daksina, tidak ada juga suara genta
dan hujan bunga dari langit. Melihat kejadian itu, Sri Krishna memastikan bahwa
di antara penyelenggara yajna ada yang bersikap tidak baik kepada pendeta. Atas
wejangan Sri Krishna itu, Drupadi secara jujur mengakui bahwa ia telah
mentertawakan Sang Pendeta pemimpin yajñanya walaupun dalam hati, yaitu
pada saat pendeta menikmati hidangan tadi. Memang dalam agama Hindu, Pendeta
mendapat kedudukan yang paling terhormat bahkan dipandang sebagai perwujudan
Dewa. Karena itu akan sangat fatal akibatnya kalau ada yang bersikap tidak
sopan kepada pendeta. Beberapa saat kemudian setelah Drupadi berdatang sembah
dan mohon maaf kepada pendeta, jatuhlah hujan bunga dari langit dan disertai
suara genta yang nyaring membahana. lni pertanda Yajña Aswamedha itu
sukses. Demikianlah, betapa pentingnya kehadiran “Daksina” yang
dipersembahkan oleh yang berYajña kepada pendeta pemimpin Yajña dalam
upacara Yajña.
Sumber:
Mudana, I Ngh. dan I GN. Dwaja. 2017. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nama: Ida Ayu Puspa Anjani
BalasHapusNo: 16
Kelas: XI MIPA 5
SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama: Ida Ayu Puspa Anjani
BalasHapusNo: 16
Kelas: XI MIPA 5
SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama : Ni kadek ary sugiantari
BalasHapusNo : 28
Kelas : XI MIPA 5
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : Ni kadek ary sugiantari
BalasHapusNo : 28
Kelas : XI MIPA 5
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama: Komang anggi vebiyanti
BalasHapusNo: 22
Kelas: XI MIPA 6
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Made Pranajapa K
BalasHapusXI Mipa 7
28
SMAN 7 Denpasar
Nama : NI PUTU DITA INTAN SARI
BalasHapusNo. Absen : 40
Kls : XI MIPA 7
Asal sekolah : SMA N 7 DENPASAR
Kalimat Inovasi : "Dalam kehidupan, ketenangan pikiran dan kesehatan jasmani sangat diperlukan. Bahkan pikiran bisa menentukan kesehatan jasmani kita. Kesehatan pikiran dan juga tubuh bisa kita dapatkan dalam melakukan yogasanas, Kedamaian batin dimulai saat anda memilih untuk tidak membiarkan orang atau peristiwa lain mengendalikan emosi anda.anda dapat mengontrol pola pikiran anda guna melatih nya agar tetap tenang melalui yogasanas. Yogasanas bisa memberikan berbagai jalan untuk kesehatan pikiran dan badan agar selalu dalam keadaan sehat. Yogasanas juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menghilangkan beban pikiran anda. Contoh nya melakukan latihan yoga asanas, seperti vrikshasana yang dimana pose ini adalah suatu pose keseimbangan terbaik dalam yoga, vrikshasana mampu meningkatkan kemampuan untuk fokus dan konsentrasi juga mampu memperkuat tulang belakang dan kaki, sehingga bisa melakukan aktivasi dengan lebih maksimal juga dengan rasa segar"
Nama : NI PUTU DITA INTAN SARI
BalasHapusNo. Absen : 40
Kls : XI MIPA 7
Asal Sekolah : SMA N 7 DENPASAR
Kalimat motivasi : "Dalam kehidupan, ketenangan pikiran dan kesehatan jasmani sangat diperlukan. Bahkan pikiran bisa menentukan kesehatan jasmani kita. Kesehatan pikiran dan juga tubuh bisa kita dapatkan dalam melakukan yogasanas, Kedamaian batin dimulai saat anda memilih untuk tidak membiarkan orang atau peristiwa lain mengendalikan emosi anda.anda dapat mengontrol pola pikiran anda guna melatih nya agar tetap tenang melalui yogasanas. Yogasanas bisa memberikan berbagai jalan untuk kesehatan pikiran dan badan agar selalu dalam keadaan sehat. Yogasanas juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menghilangkan beban pikiran anda. Contoh nya melakukan latihan yoga asanas, seperti vrikshasana yang dimana pose ini adalah suatu pose keseimbangan terbaik dalam yoga, vrikshasana mampu meningkatkan kemampuan untuk fokus dan konsentrasi juga mampu memperkuat tulang belakang dan kaki, sehingga bisa melakukan aktivasi dengan lebih maksimal juga dengan rasa segar"
Nama: I Gusti Ngurah Wijaya Kusuma
BalasHapusNo: 07
Kelas: XI MIPA8
Asal: SMAN 7 DENPASAR
Yang dapat saya petik dari materi kali ini yaitu YOGĀSANAS DALAM SUSASTRA HINDU yang dimana artinya menggabungkan atau hubungan, yakni hubungan yang harmonis dengan obyek Yoga. Saya memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, dari cita" Saya ini saya memiliki motivasi untuk menerapkan ajaran Yogasanas ini untuk lebih menambah ilmu dan lebih mempelajari tentang berbagai hal yang berhubungan dengan seorang dokter. Yang dimana nantinya akan saya gabungkan dengan cita" Saya agar terjadinya hubungan yang harmonis dan saya pun bisa meraih cita" Saya yaitu menjadi seorang dokter. Dari motivasi saya ini, saya telah menerapkan ajaran Jnana Yoga. Selain itu Materi Yogasanas ini bisa melatih kita agar tetap atau lebih fokus untuk mencapai apa yang ingin kita capai dengan obyek yoga yang dilakukan dengan tenang tanpa tergesa-gesa atau terburu-buru.
Sekian dari saya Terima kasih
Nama : Ni Luh Ketut Ayu Pramesti
BalasHapusNo : 34
Kelas : XI IPS 1
Asal sekolah : SMAN 7 Denpasar
Kalimat motivasi : Kalimat motivasi saya yang terinspirasi setelah saya membaca materi tersebut yaitu Yoga adalah karya seni kesadaran di atas kanvas tubuh, pikiran dan jiwa. Yoga bukanlah agama,ini merupakan ilmu,ilmu kesejahteraan, ilmu pemanduan tubuh, pikiran dan jiwa. Dengan melakukan yoga tubuh anda kemungkinan besar akan menjadi jauh lebih fleksibel, tenang begitu juga dengan pikiran anda. dan melakukan yoga bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Nama : Kadek Ayu Pratiwi
BalasHapusNo: 23
Kelas : XI MIPA 6
Asap sekolah : SMAN 7 Denpasar
Yoga merupakan suatu berapa melodi yang memiliki suatu energi positif yang bisa menenangkan pikiran
Nama:Ni Kadek Bintang Febriyanti
BalasHapusNo:32
Kelas:XI MIPA 6
Asal Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Yoga selain sebagai pengetahuan rohani, juga dapat memberikan latihan-latihan badan/Asanas.Untuk dapat menetralisir ketegangan pikiran sebagai akibat dari bisingnya urusan keseharian yang semakin rumit, gerakan-gerakan Asanas perlu dikombinasikan dengan latihan-latihan pernafasan, konsentrasi, dan relaksasi. Dengan demikian, pikiran yang ruwet dapat dikembalikan ke dalam suasana yang normal. Setelah melalui latihan Asanas secara teratur, kita mampu menjadi tuan bagi tubuh kita sendiri, bebas dari gangguan sakit, awet muda, hidup rileks, penuh energi, bebas dari pengaruh emosional, menjadikan hidup ini selalu siap bekerja untuk kesejahteraan umat manusia.
Nama : Pande Komang Purnama Cahyani Putri
BalasHapusNo : 41
Kelas : XI MIPA 9
Asal Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Kalimat Motivasi : Yoga itu bukan hanya pelajaran yang dibaca, namun juga dilaksanakan untuk diri kita sendiri. Dimana yoga adalah pengendalian diri yang dapat mendekatkan kita kepada Ida Sangat Hyang Widhi yang juga bermanfaat bagi kesehatan kita sendiri.
Nama:I Putu Aditya Pratama Putra
BalasHapusNo:14
Kelas:XI MIPA 7
Asal Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Yang dapat saya petik dari materi kali ini yaitu YOGĀSANAS DALAM SUSASTRA HINDU yang dimana artinya menggabungkan atau hubungan, yakni hubungan yang harmonis dengan obyek Yoga. Saya memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, dari cita" Saya ini saya memiliki motivasi untuk menerapkan ajaran Yogasanas ini untuk lebih menambah ilmu dan lebih mempelajari tentang berbagai hal yang berhubungan dengan seorang dokter. Yang dimana nantinya akan saya gabungkan dengan cita" Saya agar terjadinya hubungan yang harmonis dan saya pun bisa meraih cita" Saya yaitu menjadi seorang dokter. Dari motivasi saya ini, saya telah menerapkan ajaran Jnana Yoga. Selain itu Materi Yogasanas ini bisa melatih kita agar tetap atau lebih fokus untuk mencapai apa yang ingin kita capai dengan obyek yoga yang dilakukan dengan tenang tanpa tergesa-gesa atau terburu-buru.
Nama : NI PUTU DITA INTAN SARI
BalasHapusNo. Absen : 40
Kls : XI MIPA 7
Asal Sekolah : SMA N 7 DENPASAR
Nama : Pande Komang Purnama Cahyani Putri
BalasHapusNo : 41
Kelas : XI MIPA 9
Nama: I Gusti Ayu Revianty Aulia Putri
BalasHapusNo Absen:09
Kelas:XI MIPA 9
Sekolah: SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama: I Gusti Ayu Revianty Aulia Putri
BalasHapusNo Absen: 09
kelas: XI MIPA 9
Sekolah: XI MIPA 9
arti YAJNA adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus. yajamana adalah orang yang melakukan atau melaksanakan yajna, sedangkan yajus artinya aturan tentang yajna.segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada hyang widi/tuhan dengan penuh kesadaran,baik berupa pikiran katat-kata dan perilaku
Nama: Ida Ayu Agustina Dhanwantari
BalasHapusNo: 19
Kls: XI MIPA 5
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
NAMA : NI NYOMAN AYU MIRAH KESUMADEWI
BalasHapusKELAS : XI IPA 5
NO : 37
(SMA N 7 DENPASAR)
Komang Ayu Erika
Hapus25
XI MIPA 5
SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama: Ni Putu Sagita Nirmala Putri
BalasHapusNo:41
Kelas: XI MIPA 5
"SMA N 7 DENPASAR"
Nama:Pande Komang Purnama Cahyani Putri
BalasHapusNo : 41
Kelas: XI MIPA 9
"SMAN 7 DENPASAR"
Nama: I Gusti Ayu Revianty Aulia Putri
BalasHapusNo:09
Kelas: XI MIPA 9
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama: Ni Wayan Sri Ayu Kencana Dewi Payuse
BalasHapusAbsen: 38
Kelas: XI IPS 1
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : I Gusti Ngurah Agung Satria Sanjaya
BalasHapusNo. : 7
Kls. : XI IPS 1
Sekolah: Sman 7 denpasar
kadek yudis simaputra
BalasHapus26
xi mipa 6
SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama :Dara Indira Satya Senata
BalasHapusNo : 04
Kelas : XI MIPA 6
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Menurut saya yajna sangatlah penting bagi kehidupan kita, dimana dlm ajaran agama hindu kita tahu bahwa manusia sedari lahir sudah membawa 3 hutang (Tri Rna) yang harus dibayarkan. Hutang hutang kita tersebut bisa kita bayar melalui yajna yang kita laksanakan dalam kehidupan kita saat ini. Jika kita tidak melakukan yajna maka sampai kapanpun kita tidak bisa melunasi hutang - hutang kita tersebut. Selain untuk melunasi hutang kita yajna juga bisa menjadi perantara untuk mendekatkan diri kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, membuat kita menjadi lebih tenang dan damai, membuat kita berperilaku baik, dan msh banyak lagi hal baik yang kita dapat saat melakukan yajna.
Nama:Kadek Giri Wulan Wijayanti
BalasHapusNo:24
Kelas: XI MIPA 6
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : I Made Wikananda
BalasHapusNo : 17
Kelas : XI MIPA 6
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Putu Tara Lunisia Putri Mardika
BalasHapusNo. Absen : 38
Kelas : XI MIPA 6
Nama sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Kadek Renata Berly Anugerah
BalasHapusNo: 25
Kelas: XI MIPA 6
NAMA SEKOLAH: SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Gusti Ayu Agung Gita Dwijayanti
BalasHapusNo : 06
Kelas : XI MIPA 8
Nama sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama:I Gusti Ngurah Wijaya Kusuma
BalasHapusNo: 07
Kelas:XI MIPA 8
Menurut saya yajna sangatlah penting bagi kehidupan kita, dimana dlm ajaran agama hindu kita tahu bahwa manusia sedari lahir sudah membawa 3 hutang (Tri Rna) yang harus dibayarkan. Hutang tersebut bisa kita bayar melalui yajna yang kita laksanakan dalam kehidupan kita saat ini. Selain untuk melunasi hutang kita, yajna juga bisa menjadi perantara untuk mendekatkan diri kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Arti yajna adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus. Yajamana adalah orang yang melakukan atau melaksanakan yajna, sedangkan yajus artinya aturan tentang yajna. Segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada Hyang Widhi dengan penuh kesadaran,baik berupa pikiran kata-kata atau perilaku.
Nama : I Made Darga Ardhiyana
BalasHapusNo. : 16
Kelas : XI MIPA 9
Nama Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama: Cokorda Gde Raditya Wirajuna Kamajaya
BalasHapusNo: 05
Kelas: XI MIPA 5
Motivasi: Yoga adalah cahaya yang sekali menyala tidak akan pernah redup. Makin baik latihan anda, makin terang nyala api anda
I Kadek Andhika Yasa
BalasHapusXI TB 6
09
SMK 5
Nama : I Gusti Ngurah Agung Satria Sanjaya
BalasHapusNo. : 7
Kls. : XI IPS 1
Motivasi:Dalam kehidupan ketenangan pikiran dan kesehatan jasmani sangat di perlukan,yogasanas bisa memberikan berbagi jalan untuk kesehatan pikiran dan badan agar sehat selalu dalam keadaan sehat.yogasanas juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menghilangkan beban pikiran anda,contohnya adalah melakukan kegiatan yoga,seperti vrikshasana yang dimana pose ini adalah suatu pose keseimbangan terbaik dalam yoga