Senin, 28 September 2020

YAJÑA DALAM MAHABHARATA (MATERI KELAS XI)


YAJÑA DALAM MAHABHARATA

I.            Pengertian dan Hakikat Yajña

Menurut etimologi kata Yajña berasal dari kata yaj yang artinya memuja atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci. Kata ini juga diartikan bertindak sebagai perantara. Dalam Ṛgveda VIII, 40. 4. Yajña artinya pengorbanan atau persembahan. Yajña merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan untuk melakukan persembahan kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan di dalamnya mengandung unsur Karya (perbuatan), Sreya (tulus ikhlas), Budhi (kesadaran), dan Bhakti (persembahan). Selama ini Yajña dipahami hanyalah sebatas piodalan atau menghaturkan persembahan (Banten). Arti Yajña yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus. Yajamana artinya orang yang melakukan atau melaksanakan Yajña, sedangkan Yajus berarti aturan tentang Yajña. Segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada Hyang Widhi/Tuhan dengan penuh kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan perilaku yang tulus demi  kesejahtraan alam semesta disebut dengan Yajña.

Latar belakang manusia untuk melakukan Yajña adalah adanya Ṛṇa (hutang). Dari Tri Ṛṇa (tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini) kemudian menimbulkan Pañca Yajña yaitu dari Dewa Ṛna menimbulkan deva Yajña dan Bhuta Yajña, dari Ṛsi Ṛna menimbulkan Ṛsi Yajña, dan dari Pitra Ṛna menimbulkan Pitra Yajña dan Manusa Yajña. Kesemuanya itu memiliki tujuan untuk mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunjuk Veda, meningkatkan kualitas kehidupan, pembersihan spiritual dan penyucian serta merupakan suatu sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan Hyang Widhi/Tuhan. Inti dari Yajña adalah persembahan dan bhakti manusia kepada Hyang Widhi/ Tuhan untuk  mendekatkan diri kepada-Nya. Sarana upacara inilah disebut dengan upakara/banten. Melalui sarana berupa upakara atau banten ini, umat Hindu menyampaikan bhaktinya kepada Hyang Widhi/Tuhan. Banten yang dipersembahkan dimulai dari tingkatan yang terkecil sampai terbesar (kanista, madya, utama). Kemudian banten ini dipersembahkan ketika ada upacara/piodalan juga hari-hari raya menurut agama Hindu.

Sesajen atau banten bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkan sarana umat dalam menyampaikan dan mewujudkan rasa bakti dan syukur kepada Brahman, Sang Hyang Widhi. Di dalam ajaran suci Veda, Santi Parwa atau Bhagavadgita disebutkan, mereka yang makan sebelum memberikan Yajña, maka orang itu pantas disebut pencuri. Ajaran Veda ini mengajarkan tentang etika sopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini berasal dari Sang Hyang Widhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum makan diwajibkan mengadakan penghormatan dengan persembahan kepada pemilik makanan sesungguhnya, yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Yajña itu adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan keteraturan sosial. Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci. Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajña, maka korban suci ini dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:

a.      Dewa Yajña

Yajña jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasi-Nya. Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan piodalan/puja wali di pura dan lain sebagainya.

b.      Rsi Yajña

Rsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajña ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. Umat Hindu memberikan Yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan upacara Yajña yang dilaksanakan.

c.       Pitra Yajña

Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur untuk memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan sosial.

d.      Manusa Yajña

Manusa Yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa Yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga donor darah dan membantu orang miskin juga Manusa Yajña. Namun, Manusa Yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah Yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau

kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara Manusa Yajña, Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang diajarkan oleh Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña, antara lain:

a.      membantu orang tua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan dalam kondisi lalu lintas sedang ramai;

b.      menjenguk dan memberikan bantuan teman yang sakit;

c.       melakukan bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis;

d.      memberikan tempat duduk kita kepada orang tua, wanita atau anak-anak ketika berada di dalam kendaraan umum;

e.      memberikan sumbangan beras kepada orang yang tak mampu;

f.        membantu memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat;

g.      membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan

h.      membantu teman atau siapa saja yang sedang terkena musibah bencana alam, kerusuhan atau kecelakaan lalu lintas; dan

i.        memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit.

e.      Bhuta Yajña

Upacara Bhuta Yajña adalah korban suci untuk para bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu orang. Contoh upacara bhuta Yajña adalah masegeh, macaru, tawur agung, panca wali krama. Tujuan bhuta Yajña adalah menetralisir kekuatan bhuta kala yang kurang baik  menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan mendukung kehidupan umat manusia.

II.            Yajña dalam Mahabharata dan Masa Kini

Kitab Mahābhārata ditulis oleh Rsi Wiyasa. Kitab ini terdiri atas Asthadasaparwa artinya 18 parwa atau 18 bagian atau jilid dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 100.000 sloka yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirathaparwa, Udyogaparwa, Bismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedaparwa, Asrāmāwasanaparwa, Mausalaparwa, Prasthanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.

a.      Adi Parwa

Dalam parwa yang pertama yaitu Adi Parwa, dimuat beberapa macam cerita, misalnya matinya Arimba, burung dewata mengaduk laut susu yang menyebabkan keluarnya air hidup dan juga timbulnya gerhana matahari dan bulan yang dalam ceritanya terungkap bulan yang ditelan oleh raksasa yang hanya berwujud kepala. Ada juga cerita tentang Pandawa dan Kurawa ketika masih kecil misalnya lakon Dewi Lara Amis, Bale si Gala-gala dan cerita Santanu. Negeri Hastina yang rajanya bernama Prabu Santanu mempunyai anak bernama Prabata atau disebut juga Bisma yang artinya teguh janji. Suatu saat Prabu Santanu tertarik dengan kecantikan Dewi Satyawati. Padahal Prabu Santanu sudah pernah sumpah tak akan kawin lagi, hanya akan mengasuh sang Prabata saja. Bisma pun mengetahui bahwa sang ayah telah bersumpah tak akan kawin lagi. Namun demikian Bisma sangat iba hati melihat sang ayah Prabu Santanu jatuh cinta kepada Dewi Satyawati yang hanya mau dikawini bila keturunannya dapat naik tahta. Melihat gelagat yang kurang pas itu, Bisma rela untuk melepaskan haknya sebagai raja pengganti sang ayah. Bisma kemudian bersumpah akan hidup sendiri dan tidak menikah selamanya (wadat). Ini berarti Bisma tidak menggantikan tahta ayahnya, agar sang ayah bisa kawin dengan Satyawati. Pernikahan Santanu dengan Dewi Satyawati berputra dua yaitu Citragada dan Wicitrawirya. Citranggada tidak lama hidup dia mati muda maka Wicatrawirya yang menggantikan sang prabu sebagai

raja Hastina dengan istri dua Dewi Ambika dan Ambalika dari negara Kasi. Belum sampai punya keturunan prabu Wicitrawirya meninggal. Oleh Satyawati Bisma disuruh mengawini kedua janda itu, tetapi dengan tegas Bisma menolak. Kemudian Dewi Satyawati menyuruh anaknya, Abiyasa (Wiyasa) hasil perkawinannya dengan begawan Parasara untuk mengawini janda Ambika dan Ambalika dengan harapan ada keturunan dari silsilah Bharata yang meneruskan menjabat sebagai raja di Negara Astina. Dewi Ambika yang menikah dengan resi Wiyasa punya keturunan laki-laki bernama Dretharastra yang sejak lahir menderita buta dan tidak bisa menjadi raja. Sedangkan pernikahan antara Wiyasa dengan Dewi Ambalika menurunkan anak laki-laki bernama Pandhu si muka pucat. Pandhulah yang kemudian menduduki singgasana kerajaan Hastina. Pandhu menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Pernikahanya dengan Dewi Kunthi berputra 3 laki-laki, yaitu Yudhistira, Bima, dan Arjuna. Sedangkan pernikahanya dengan Dewi Madrim berputra 2 laki-laki, yaitu Nakula dan Sadewa. Sehingga Prabu Pandhu mempunya 5 orang anak, dan kelima anak tersebut disebut Pandawa. Drestharastra akhirnya menikah dengan kakak perempuan Sangkuni yang bernama Dewi Gandari dan mempunyai keturunan 100 orang. Ketika Pandhu meninggal, Drestharastra terpaksa menggantikan raja sementara meskipun buta. Drestharastra menjabat raja hanya sementara, inilah yang menimbulkan perang besar Bharatayuda selama 18 hari yang memakan korban sangat banyak.

b.      Sabha Parwa

Pada parwa yang kedua yaitu Sabha Parwa menceritakan tentang permainan dadu hingga Pandawa menjalani hukuman. Usaha Kurawa untuk menghancurkan Pandawa tidak pernah mau berhenti. Kali ini Pandawa yang sudah menempati Indraprastha sebagai tempat berteduh diajak main dadu. Ternyata atas kelicikan orang Kurawa, meskipun Yudhistira ahli main dadu, tetapi tetap kalah karena tipu muslihat Sengkuni. Dalam permainan tersebut Yudhistira juga menyerahkan dirinya untuk dijadikan taruhan, hingga Yudhistira kalah dan menerima hukuman. Tetapi karena usaha Drestharastra para Pandawa menjadi bebas. Kurawa tetap menginginkan kehancuran Pandawa dan diajaknya main dadu lagi dengan taruhan bila Pandawa kalah harus menjalani pembuangan selama 12 tahun dan tahun ke 13 dan mereka harus menyelinap atau bersembunyi tanpa diketahui orang dan baru pada tahun ke 14 kembali ke istana. Jika dalam penyelinapannya diketahui para Kurawa, Pandawa harus kembali ke hutan selama 12 tahun lagi dan menyelinap pada tahun ke 13 dan seterusnya.

c.       Wana Parwa

Dalam Wana Parwa yaitu bagian yang ketiga ini mengisahkan pengalaman-pengalaman Pandawa ketika berada dalam hutan buangan selama 12 tahun. Pernah para Pandawa menolong seorang desa yang akan dimakan oleh seorang raja raksasa bernama prabu Baka dari negeri Ekacakra. Prabu Baka mati terkena kuku Pancanaka Bratasena, perutnya sobek usus keluar. Negeri Ekacakra tentram dan seorang yang tertolong itu berjanji akan sanggup menjadi korban saji (tawur) ketika perang besar nanti terjadi. Di samping itu dikisahkan pula bahwa Arjuna juga pernah merukunkan suami istri yang belum akur menjadi satu selama perkawinannya. Setelah Raden Arjuna yang merukunkannya, maka orang tersebut sanggup menjadi tawur pada perang besar nanti. Pada saat Pandawa dalam hutan buangan sering menerima kehadiran para Brahmana yang hadir untuk mendoakannya. Mahārṣi Wiyasa datang untuk memberikan nasehatnasihatnya agar Arjuna mau bertapa di gunung Mahameru untuk memohon senjata-senjata yang ampuh dan sakti. Tapa Arjuna inilah yang menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.

d.      Wiratha Parwa

Parwa yang ke empat yaitu Wiratha Parwa mengisahkan Pandawa sudah selesai menjalani pembuangan selama 12 tahun di hutan. Maka mereka keluar dari hutan ingin menyelinap sesuai perjanjian. Para Kurawa berpendapat bahwa Pandawa pasti sudah mati dimakan binatang buas. Tetapi ternyata mereka sudah berada di negeri Wiratha sebagai budak sang Prabu Matsyapati. Penyamaran yang dilakukan para Pandawa adalah sebagai berikut: Yudhistira sebagai kepala pasar berpangkat tandha bernama Dwijangkangka, Bhima sebagai tukang menyembelih sapi (jagal) dengan nama Ballawa dan ikut seorang jagal Walakas di desa Pajagalan. Arjuna diterima sebagai abdi sang permaisuri Dewi Sudisna bersama putri mahkota Dewi Utari, tugasnya mengajar tari dan Sinden bernama Kandhi Wrehatnala dengan watak banci (wandu). Sedangkan Nakula dan Sadewa sebagai tukang memelihara kuda dan tukang rumput (Gamel), bernama Grantika dan Tantripala. Drupadi bernama Salindri sebagai pelayan sang permaisuri Dewi Sudesna dan merangkap sebagai penjual kinang di pasar. Penyamaran Ini memang strategi mereka biar tidak jauh dengan Kandhi Wrehatnala, dan pada saat keluar supaya mudah berhubungan dengan tandha Dwijangkangka dan Jagal Ballawa serta Grantika dan Tantripala. Meskipun di Wiratha sering mendapat marah dari sang Prabu Matsyapati, tetapi Pandawa sadar itu suatu perjalanan penuh kesabaran dan tawakal (laku prihatin) yang harus dijalani. Mengabdi sebagai budak kerajaan harus mau menerima apa adanya meskipun menerima siksa, dihina, dicerca, meskipun benar dianggap salah toh mereka beranggapan bahwa kebenaranlah yang akan mendapat anugerah. Sabagai abdi mereka berenam dalam strateginya mampu mengamankan Negara Wiratha yang sedang terancam bahaya, misalnya jagal Billawa mampu membunuh tritunggal Kencakarupa-Praupakenca dan Rajamala. Sedangkan Arjuna si Kandhi Wrehatnala mampu membunuh beribu-ribu tentara sekutu Astina bersama para senapatinya sehingga negeri itu menjadi tenang dan tentram. Setelah para budak bersembunyi dan menyelinap di Wirataha selama satu tahun, barulah Prabu Matsyapati menyadari bahwa keenam bersaudara tersebut adalah para Pandawa yang terhitung masih cucunya sendiri. Demikianlah kata para budak si Pandawa. “Kakek Matsyapati, akulah cucu-cucumu Pandawa.” Seketika itu kemarahan Matsyapati menjadi kesabaran dan berjanji akan mengutamakan kebijaksanaan.

e.      Udyoga Parwa

Udyoga Parwa adalah parwa yang kelima mengisahkan bahwa pada tahun ke 14 Pandawa tak bisa dicari orang Hastina, apalagi para Kurawa yakin bahwa Pandawa sudah mati. Maka orang Hastina cemas bahwa Pandawa kembali ke Indraprastha. Di dalam bagian ke 5 ini Sri Kresna sebagai perantara minta separuh negara, tetapi Kurawa tidak rela. Oleh karena itu tidak ada jalan lain, kecuali harus mempersiapkan diri untuk menghadapi peperangan.

f.        Bhisma Parwa

Pada Bisma Parwa dikisahkan bahwa perang Bharatayuda sudah dimulai dan Bisma sebagai panglima perang Hastina dan Dhresthadyumna sebagai panglima perang Pandawa akan berhadapan di medan perang Tegal kurukasetra. Pembela Pandawa yang lain adalah dari negara Wirata diantaranya adalah Seta, Utara, Wratsangka yang akhirnya ketiga kesatriya tersebut gugur terkena panah Bisma. Dalam perang besar Bharatayuda, kedudukan Sri Kresna sebagai penasehat Pandawa dan pengatur siasat perang serta menjadi kusir atau pengendara kereta Arjuna. Dikala Arjuna bimbang menghadapi musuhnya yaitu saudara-saudara, guru, kakek, kakak, maka Sri Kresna memberikan nasihat (wejangan) tentang hakikat dan kewajiban manusia secara mendalam. Wejangan yang mendalam dan panjang itu merupakan bagian yang disebut Nyanyian Tuhan (Bhagawadgita). Sepuluh hari pertempuran berlangsung, maka gugurlah Bisma. Ia tidak terus mati, melainkan masih hidup beberapa lama lagi. Kemudian masih mampu memberikan wejangan kepada kedua belah pihak yang bertikai.

g.      Drona Parwa

Drona Parwa adalah bagian yang ketujuh mengisahkan tentang begawan Drona sebagai senapati Kurawa dan gugurnya Gathotkaca. Drona telah menjadi panglima perang Kurawa. Sedangkan Karna mengamuk telah ditantang Gathotkaca namun Gathotkaca gugur, Abimanyu anak Arjuna juga gugur oleh Jayajerata. Raja Drupada pun gugur, sebagai seorang anak maka Dhresthadyumna mengamuk dan pada hari ke 15 Drona gugur oleh Dhresthadyumna.

h.      Karna Parwa

Karna Parwa adalah parwa yang kedelapan. Pada bagian ke-8 ini juga diceritakan Bima merobek dada Dursasana secara sadis dan meminum darah Dursasana. Pada hari ke 17, Karna terbunuh oleh Arjuna hingga terpenggal kepalanya.

i.        Salya Parwa

Salya Parwa adalah bagian yang kesembilan mengisahkan tentang Prabu Salya raja Mandraka menjadi panglima perang Kurawa namun hanya setengah hari gugur oleh tipu muslihat Nakula dan Sadewa. Hal tersebut dilakukan oleh Nakula dan Sadewa karena perintah Sri Kresna sebagai dalang Pandawa.

j.        Sauptika Parwa

Dalam parwa yang kesepuluh yaitu Sauptika Parwa, menceritakan perihal Aswatama putra Drona. Karena dendam, maka pada malam hari yang dinyatakan tidak perang itu, Aswatama masuk ke kemah-kemah membunuh semua yang ditemuinya, di antaranya Dresthadyumna. Dalam parwa ini diungkapkan bahwa Aswatama lari ke hutan dan berlindung di pertapaan Wiyasa. Keesokan harinya datanglah Pandawa ke pertapaan Wiyasa. Dalam pertemuan itu terjadi perang ramai antara Pandawa dan Aswatama yang kemudian dilerai oleh resi Wiyasa dan Kresna. Aswatama menyerahkan senjata dan kesaktiannya. Akhirnya Aswatama pergi menjadi pertapa.

k.      Stri Parwa

Stri Parwa adalah bagian yang kesebelas, mengisahkan tentang Prabu Dhrestharastra, Pandawa, Kresna dan semua istri pada pahlawan datang di medan Tegal Kurukasetra. Mereka mencari suaminya masing-masing dan hari itu adalah hari tangis. Mereka menyesali kejadian itu. Semua jenazah para pahlawan yang ditemukan dibakar bersama. Yudhistira menyelenggarakan upacara pembakaran mayat mereka yang tewas di medan perang dengan mempersembahkan air suci kepada para arwah leluhur dan pada saat itu pulalah Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang dari semula menjadi rahasia pribadinya.

l.        Santi Parwa

Pada bagian yang ke duabelas yaitu Santi Parwa menceritakan para Pandawa mencari pencerahan jiwa dan pembersihan diri. Sebulan lamanya Pandawa tinggal di hutan untuk membersihkan diri. Atas petunjuk Rsi Wyasa dan Kresna, diharapkan agar Yudhistira mau memerintah di Hastina dan didukung oleh adik-adiknya. Wiyasadan Kresna memberi wejangan tentang kewajiban dan kesanggupan manusia dan para ksatria sebagai generasi penerus. Akhirnya Yudhistira mau menjadi raja di istana Hastina serta mereka menunaikan tugas bersama.

m.    Anusasana Parwa

Anusasanaparwa adalah bagian yang ketigabelas. Parwa ini mengisahkan kejadian-kejadian sebagai penutup Bharatayuda dan wejangan dari Bisma terhadap Yudhistira. Dengan detail Bisma mengajarkan ajaran Dharma. Artha, aturan kedarmawanan, aturan luhur permasalahan, dan sebagainya. Juga dijelaskan tentang berbagai jenis upacara dan tentang kewajiban yang berhubungan dengan waktu. Akhirnya Bisma meninggal dengan tenang sesudah perang.

n.      Aswamedha Parwa

Dalam bagian yang keempatbelas yaitu Aswameda Parwa mengisahkan Prabu Yudhistira pada saat mengadakan upacara untuk naik tahta kerajaan dengan cara membiarkan dan membebaskan kuda. Pembebasan kuda tersebut dilakukan selama satu tahun dengan penjagaan ketat. Siapa saja yang mengganggu kuda tersebut akan dihukum. Pada bagian ini juga diceritakan kisah seekor tikus yang mengunjungi upacara Aswamedha itu, serta menguraikan tentang hakikat Yajna.

o.      Asramawasika Parwa

Asramawasana Parwa adalah bagian yang kelimabelas. Parwa ini mengisahkan tentang Drestharastra yang menarik diri dari keramaian dan ingin hidup di hutan dengan Gandari dan Kunthi yang juga ingin menjadi pertapa. Tetapi setelah hidup di hutan selama satu tahun lalu mereka mati karena hutan terbakar oleh api Drestharastra sendiri.

p.      Mausala Parwa

Mausala Parwa adalah parwa yang keenambelas. Parwa ini menceritakan musnahnya kerajaan Dwarawati akibat berkobarnya perang saudara antara kaum Yadawa atau bangsa kulit hitam (Wangsa Wresni). Wangsa ini lenyap karena saling perang dengan menggunakan gada alang-alang. Baladewa mati, Kresna lari ke hutan dan mati terbunuh dengan tidak sengaja oleh seorang pemburu. Wyasa menyarankan Pandawa mengundurkan diri pula, melakukan kehidupan sanyasa.

q.      Mahaprastanika Parwa

Parwa ini menceritakan sesudah pemerintahan diserahkan ke cucunya Pandawa yang bernama Prabu Parikesit, maka Pandawa lima bersama-sama Dropadi menarik diri untuk menuju pantai. Satu demi satu mereka meninggal secara berurutan dari Dropadi, kemudian dari yang muda Sadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima. Tinggal Yudhistira dengan seekor anjing yang selalu mengikuti pengembaraan pada Pandawa. Batara Indra datang menjemput Yudhistira tetapi ditolak bila anjing tidak boleh ikut serta. Akhirnya anjingnya pun diperbolehkan ikut. Maka masuklah Yudhistira ke Indraloka bersama Batara Indra. Sedangkan anjing itu masuk ke Sorgaloka berubah menjadi Sang Hyang Batara Darma/Hyang Suci.

r.       Swargarohana Parwa

Swargarohana Parwa adalah bagian yang kedelapanbelas atau parwa yang terakhir. Parwa ini menceritakan sewaktu Yudhistira ke Surga tidak bertemu dengan saudara-saudaranya dan juga dengan Dropadi. Justru malah bertemu dengan kakak-kakaknya dari Hastina. Oleh karena itu dia mencari ke neraka dan bertemu dengan adiknya-adiknya dalam penyiksaan. Namun dengan masuknya Yudhistira ke neraka maka berbaliklah keadaannya. Neraka dibalik menjadi Surga. Sedangkan Surganya orang-orang Kurawa telah berbalik menjadi neraka.

Berikut merupakan cuplikan cerita mengenai pelaksanaan Yajña dalam cerita Mahabharata.

SarpaYajña

Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa yang sangat besar dan dihadiri oleh seluruh rakyat dan undangan dari raja-raja terhormat dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari para pertapa suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan utamaning utama.

Menjelang puncak pelaksanaan Yajña, datanglah seorang Brahmana suci dari hutan ikut memberikan doa-restu dan menjadi saksi atas pelaksanaan upacara yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Begitu juga Brahmana Utama ini diberikan suguhan makanan yang enak-enak. Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura, Brahmana Utama ini sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan makanan oleh para dayang kerajaan, Sang Brahmana Utama langsung melahap hidangan tersebut dengan cepat bagaikan orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah Dewi Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara Yajña besar tersebut. Begitu melihat cara sang Brahmana Utama menyantap makanan secara tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan Brahmana Utama itu, seperti tidak pernah melihat makanan, cara makannya tergesa-gesa,” kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadi mencela Sang Brahmana Utama cukup jauh, karena kesaktian dari Brahmana ini, maka apa yang diucapkan oleh Drupadi didengarkannya secara jelas. Sang Brahmana Utama diam, tetapi batinnya kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut.

Di dalam ajaran agama Hindu, diajarkan bahwa apabila kita melakukan tindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. Terlebih lagi apabila mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk. Dalam kisah berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luar biasa dari saudara iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya. Di hadapan Maha Raja Drestarata, Rsi Bisma, Begawan Drona, Kripacarya, dan Perdana Menteri Widura serta disaksikan oleh para menteri lainnya, Dewi Drupadi dirobek pakaiannya oleh Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana. Perbuatan biadab merendahkan kehormatan wanita dengan melepaskan pakaian di depan umum, berdampak pada kehancuran bagi negerinya para penghina. Terjadinya penghinaan terhadap Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana Utama ketika menikmati hidangan.

Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana, karena dibantu oleh Krisna dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa habis sampai adiknya Duryodana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu Drupadi karena Drupadi pernah berkarma baik dengan cara membalut jarinya Krisna yang terkena Panah Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita ini adalah, kalau melaksanakan Yajña harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela dan tidak boleh ragu-ragu.

III.            Syarat-syarat dan Aturan dalam Pelaksanaan Yajña

Agar pelaksanaan Yajña lebih efisien, maka syarat pelaksanaan Yajña perlu mendapat perhatian, yaitu:

a.      Sastra, Yajña harus berdasarkan Veda:

b.      Sraddha, Yajña harus dengan keyakinan:

c.       Lascarya, keikhlasan menjadi dasar utama Yajña:

d.      Daksina, memberikan dana kepada pandita:

e.      Mantra, puja, dan gita, wajib ada pandita atau pinandita:

f.        Nasmuta atau tidak untuk pamer, jangan sampai melaksanakan

b.      Yajña hanya untuk menunjukkan kesuksesan dan kekayaan: dan

c.       Anna Sevanam, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang untuk makan bersama.

Menurut Bhagavadaita XVII. 11, 12, dan 13 menyebutkan ada tiga kualitas Yajña itu, yakni:

a.      Satwika Yajña:

Satwika Yajña adalah kebalikan dari Tamasika Yajña dan Rajasana Yajña bila didasarkan penjelasan Bhagawara Gita tersebut di atas. Satwika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat yang dimaksud, antara lain:

1.      Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh melaksanakan Yajña sembarangan, apalagi di dasarkan pada keinginan diri sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus melalui perhitungan hari baik dan buruk, Yajña harus berdasarkan sastra dan tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat.

2.      Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai melaksanakan Yajña ragu-ragu. Berusaha berhemat pun dilarang di dalam melaksanakan Yajña. Hal ini mengingat arti Yajña itu adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas. Sang Yajamana atau penyelenggara Yajña tidak boleh kikir dan mengambil keuntungan dari kegiatan Yajña. Apabila dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi sattwika namanya.

3.      Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña. Kalau Yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan seorang Sulinggih Dwijati atau Pandita. Tetapi kalau Yajñanya kecil, cukup dipuput oleh seorang Pemangku atau Pinandita saja.

4.      Dalam setiap upacara Yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkan daksina. Daksina adalah dana uang kepada Sulinggih atau Pinandita yang muput Yajña. Jangan sampai tidak melakukan itu, karena daksina adalah bentuk dari Rsi Yajña dalam Panca Yajña.

5.      Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin Dharmagita. Hal ini juga disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña. Apabila biaya untuk melaksanakan Yajña tidak besar, maka suara gong atau Dharmagita boleh ditiadakan.

b.      Rajasika Yajña:

Yajña yang dilakukan dengan penuh harapan akan hasilnya dan dilakukan untuk pamer saja. Rajasika Yajña adalah kualitas Yajña yang relatif lebih rendah. Walaupun semua persyaratan dalam sattwika Yajña sudah terpenuhi, namun apabila Sang Yajamana atau yang menyelenggarakan Yajña ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya, maka nilai Yajña itu menjadi rendah. Dalam Siwa Purana dijelaskan bahwa seorang Dewa Kuwera, Dewa Siwa untuk menghadiri dan memberkahi Yajña yang akan dilaksanakannya. Dewa Siwa mengetahui bahwa tujuan utama mengundang-Nya hanyalah untuk memamerkan jumlah kekayaan, kesetiaan rakyat, dan kekuasaannya.

Mengerti akan niat tersebut, raja pun mengundang Dewa Siwa, maka pada hari yang telah ditentukan, Dewa Siwa tidak mau datang, tetapi mengirim putranya yang bernama Dewa Gana untuk mewakili-Nya menghadiri undangan Raja itu. Dengan diiringi banyak prajurit, berangkatlah Dewa Gana ke tempat upacara. Upacaranya sangat mewah, semua raja tetangga diundang, seluruh rakyat ikut memberikan dukungan.

Dewa Gana diajak berkeliling istana oleh raja sambil menunjukkan kekayaannya berupa emas, perak, dan berlian yang jumlahnya bergudang-gudang. Dengan bangga, raja menyampaikan jumlah emas dan berliannya. Sementara rakyat dari kerajaan ini masih hidup miskin karena kurang diperhatikan oleh raja dan pajaknya selalu dipungut oleh Raja.

Mengetahui hal tersebut, Dewa Gana ingin memberikan pelajaran kepada Sang Raja. Ketika sampai pada acara menikmati suguhan makanan dan minuman, maka Dewa Gana menghabiskan seluruh makanan yang ada. Bukan itu saja, seluruh perabotan berupa piring emas dan lain sebagainya semua dihabiskan oleh Dewa Gana. Raja menjadi sangat bingung sementara Dewa Gana terus meminta makan. Apabila tidak diberikan, Dewa Gana mengancam akan memakan semua kekayaan dari Sang Raja. Khawatir kekayaannya habis dimakan Dawa Gana, lalu Raja ini kembali menghadap Dewa Siwa dan mohon ampun. Lalu diberikan petunjuk dan nasihat agar tidak sombong karena kekayaan dan membagikan seluruh kekayaan itu kepada seluruh rakyat secara adil. Kalau menyanggupi, barulah Dewa Gana menghentikan aksinya minta makan terus kepada Raja. Dengan terpaksa Raja yang sombong ini menuruti nasihat Dewa Siwa yang menyebabkan kembali baiknya Dewa Gana. Pesan moral yang disampaikan cerita ini adalah, janganlah melaksanakan Yajña berdasarkan niat untuk memamerkan kekayaan. Selain membuat para undangan kurang nyaman, juga nilai kualitas Yajña tersebut menjadi lebih rendah.

c.       Tamasika Yajña:

Yajña yang dilakukan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk sastranya, tanpa mantra, tanpa ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa didasari oleh kepercayaan. Tamasika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan motivasi agar mendapatkan untung. Kegiatan semacam ini sering dilakukan sehingga dibuat Panitia Yajña dan diajukan proposal untuk melaksanakan upacara Yajña dengan biaya yang sangat tinggi. Akhirnya Yajña jadi berantakan karena Panitia banyak mencari untung. Bahkan setelah Yajña dilaksanakan, masyarakat mempunyai hutang di sana-sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan dilakukan karena sangat tidak mendidik.

IV.            Mempraktikan Yajña Menurut Kitab Mahabharata dalam Kehidupan

Beryajña bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya walau bagaimana dan dimanapun mereka berada. Sesuatu yang dilaksanakannya dengan dilandasi oleh Yajña adalah utama. Bagaimana agar semua yang kita laksanakan ini dapat bermanfaat dan bekualitas-utama, mendekatlah kepada-Nya dengan tali kasih karena sesungguhnya Tuhan adalah Maha pengasih.

Kasih-sayang adalah sikap yang utama bagi yang melaksanakan. Dengan membiasakan hidup selalu bersahabat sesama mahkluk, terbebas dari keakuan dan keangkuhan, sama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Orang-orang terkasih selalu puas dan mantap dalam mengendalikan diri, berkeyakinan yang teguh, terbebas dari kesenangan, kemarahan, dan kebingungan. Dia yang tidak mengharapkan apapun, murni dan giat, tidak terusik dan ia yang tidak memiliki pamrih apapun. Demikian juga orang-orang terkasih adalah mereka yang terbebas dari pujian dan makian, pendiam dan puas dengan apapun yang dialaminya. Persembahan apapun yang dilaksanakan oleh seseorang kepada-Nya dapat diterima, karena beliau bersifat mahakasih.

Daksina dan Pemimpin Yajña

Mendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam maka terbayang dengan salah satu bentuk jejahitan yang berbentuk serobong (silinder) terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang, kelapa, telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuat untuk tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang Guru (Dewa Siwa) dan karena itu digunakan sebagai saksi Dewata.

Makna kata daksina secara umum adalah suatu penghormatan dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang kepada pendeta/pemimpin upacara. Penghormatan ini haruslah dihaturkan secara tulus ikhlas. Persembahan ini sangat penting dan bahkan merupakan salah satu syarat mutlak agar Yajña yang diselenggarakan berkualitas (satwika yadnya). Selanjutnya tentang pentingnya daksina dalam Yajña, dikisahkan sebagai berikut:

Setelah perang Bharatayuda usai, Sri Krishna menganjurkan kepada Pandawa untuk menyelenggarakan upacara Yajña yang disebut Aswamedha yadnya. Upacara korban kuda itu berfungsi untuk menyucikan secara ritual dan spiritual negara Hastinapura dan Indraprastha karena dipandang leteh (kotor) akibat perang besar berkecamuk. Di samping itu juga bertujuan agar rakyat Pandawa tidak diliputi rasa angkuh dan sombong akibat menang perang.

Atas anjuran Sri Krishna, di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa, Pandawa melaksanakan Aswamedha Yajña itu. Sri Krishna berpesan agar Yajña yang besar itu tidak perlu dipimpin oleh pendeta agung kerajaan tetapi cukup dipimpin oleh seorang pendeta pertapa dari keturunan warna sudra yang tinggal di hutan. Pandawa begitu taat kepada segala nasihat Sri Krishna, Dharmawangsa mengutus patihnya ke tengah hutan untuk mencari pendeta pertapa keturunan warna sudra.

Setelah menemui pertapa yang dicari, patih itu menghaturkan sembahnya, “Sudilah kiranya Anda memimpin upacara agama yang benama Aswamedha Yajña, wahai pendeta yang suci”. Mendengar permohonan patih itu, sang pendeta yang sangat sederhana lalu menjawab, “Atas pilihan Prabhu Yudhistira kepada saya seorang pertapa untuk memimpin Yajña itu saya ucapkan terima kasih. Namun kali ini saya tidak bersedia untuk memimpin upacara tersebut. Nanti andaikata kita panjang umur, saya bersedia memimpin upacara Aswamedha Yajña yang diselenggarakan oleh Prabhu Yudistira yang keseratus kali.

Mendengar jawaban itu, sang utusan terperanjat kaget luar biasa. Ia langsung mohon pamit dan segera melaporkan segala sesuatunya kepada Raja. Kejadian ini kemudian diteruskan kepada Sri Krishna. Setelah mendengar laporan itu, Sri Krishna bertanya, siapa yang disuruh untuk menghadap pendeta, Dharmawangsa menjawab “Yang saya tugaskan menghadap pendeta adalah patih kerajaan”. Sri Krishna menjelaskan, upacara yang dapat dilangsungkan bukanlah atas nama sang Patih, tetapi atas nama sang Raja. Karena itu tidaklah pantas kalau orang lain yang memohon kepada Pendeta. Setidak-tidaknya Permaisuri Raja yang harus datang kepada pendeta. Kalau permaisuri yang datang, sangatlah tepatkarena dalam pelaksanaan upacara agama, peranan wanita lebih menonjol dibandingkan laki-laki. Upacara agama bertujuan untuk membangkitkan prema atau kasih sayang, dalam hal ini yang paling tepat adalah wanita.

Nasihat Awatara Wisnu itu selalu dituruti oleh Pandawa. Dharmawangsa lalu memohon sang permaisuri untuk mengemban tugas menghadap pendeta di tengah hutan. Tanpa mengenakan busana mewah, Dewi Drupadi dengan beberapa iringan menghadap sang pendeta. Dengan penuh hormat memakai bahasa yang lemah lembut Drupadi menyampaikan maksudnya kepada pendeta. Di luar dugaan, pendeta itu bersedia untuk memimpin upacara yang agung itu. Pendeta itu kemudian dijemput sebagaimana tatakrama yang berlaku. Drupadi menyuguhkan makanan dan minuman ala kota kepada pendeta. Karena tidak perah hidup dan bergaul di kota, sang Pendeta menikmati hidangan tersebut menurut kebiasaan di hutan yang jauh dengan etika di kota.

Pendeta kemudian segera memimpin upacara. Ciri-ciri upacara itu sukses menurut Sri Krishna adalah apabila turun hujan bunga dan terdengar suara genta dari langit. Nah, ternyata setelah upacara dilangsungkan tidak ada suara genta maupun hujan bunga dari langit. Terhadap pertanyaan Darmawangsa, Sri Krishna menjelaskan bahwa tampaknya tidak ada “daksina” untuk dipersembahkan kepada pendeta. Kalau upacara agama tidak disertai dengan daksina untuk pendeta, berarti upacaraitu menjadi milik pendeta. Dengan demikian yang menyelenggarakan upacara berarti gagal melangsungkan Yajña. Gagal atau suksesnya Yajña ditentukan pula oleh sikap yang beryajña. Kalau sikapnya tidak baik atau tidak tulus menerima pendeta sebagai pemimpin upacara, maka gagalah upacara itu. Sikap dan perlakuan kepada pendeta yang penuh hormat dan bhakti merupakan salah satu syarat yang menyebabkan upacara sukses.

Setelah mendengar wejangan itu, Drupadi segera menyiapkan Daksina untuk pendeta. Setelah pendeta mendapat persembahan Daksina, tidak ada juga suara genta dan hujan bunga dari langit. Melihat kejadian itu, Sri Krishna memastikan bahwa di antara penyelenggara yajna ada yang bersikap tidak baik kepada pendeta. Atas wejangan Sri Krishna itu, Drupadi secara jujur mengakui bahwa ia telah mentertawakan Sang Pendeta pemimpin yajñanya walaupun dalam hati, yaitu pada saat pendeta menikmati hidangan tadi. Memang dalam agama Hindu, Pendeta mendapat kedudukan yang paling terhormat bahkan dipandang sebagai perwujudan Dewa. Karena itu akan sangat fatal akibatnya kalau ada yang bersikap tidak sopan kepada pendeta. Beberapa saat kemudian setelah Drupadi berdatang sembah dan mohon maaf kepada pendeta, jatuhlah hujan bunga dari langit dan disertai suara genta yang nyaring membahana. lni pertanda Yajña Aswamedha itu sukses. Demikianlah, betapa pentingnya kehadiran “Daksina” yang dipersembahkan oleh yang berYajña kepada pendeta pemimpin Yajña dalam upacara Yajña.

 

 

Sumber:

Mudana, I Ngh. dan I GN. Dwaja. 2017. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

751 komentar:

  1. Nama : Putu Diah Zharitha Chandra Dewi
    Absen : 34
    Kelas : XI MIPA 4
    Sklh : SMA N 7 Denpasar

    BalasHapus
  2. I Made Manik Rama Cahyadi
    13
    XI MIPA 4
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  3. NAMA: I DEWA GEDE KRISNA ADRIAS PUTRA
    NO:07
    KELAS:XI MIPA 4
    SEKOLAH: SMA N 7 DENPASAR

    BalasHapus
  4. Nama: I Gusti Agung Yuri Anindha
    No:10
    Kelas:XI MIPA 4
    Sklh: SMA N 7 DENPASAR

    BalasHapus
  5. Nama : Cok. Ist. Sintya DMC
    No : 06
    Kelas : XI Mipa 3
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  6. Nama :Luh Putu Widyaswari Putri
    No :25
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  7. NAMA : ANAK AGUNG SAGUNG MAS SRI ULANDARI TANAYA
    NO : 03
    KELAS : XI MIPA 4
    SEKOLAH : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  8. Nama : Ni Komang Ayu Susanti
    Kelas : XI Mipa 3
    No : 32
    Sekolah :SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  9. Nama: Ngakan Putu Bagus Ananta Wijaya
    No : 29
    Kelas : XI Mipa 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  10. Nama : Ketut Ayu Marisa Maharani
    No : 19
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  11. Nama : I Made Ari Candra Paramadana
    No : 14
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMA N 7 Denpasaar

    BalasHapus
  12. Nama : A.A.Sagung Putri Maha Dewandari
    No : 04
    Kelas : XI Mipa 4
    Sekolah : SMA N 7 Denpasar

    BalasHapus
  13. Nama : Putu Sri Devina Constantia U
    No : 36
    Kelas : Xl MIPA 4
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  14. Nama: MADE PUSPAYANTI KARTIKA
    No: 26
    Kelas: XI MIPA 3
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  15. Nama : Kevin Daniel Dianto
    No : 22
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  16. Nama : Luh Putu Adelia Agustina
    No : 22
    Kelas : XI Mipa 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  17. Nama : Pande Putu Artha Ribawa
    No : 35
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  18. Nama : Ni Nyoman Cindy Hapriliani
    No : 33
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  19. Nama : I Made Yudhi Satria Mahendra Putra
    No : 14
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR

    BalasHapus
  20. Nama:Ni Putu Bella Wikania Putri
    No:34
    Kelas:XI MIPA 3
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  21. Nama : Ni Made Meishanda Kusuma Divayanti
    No : 27
    Kelas : XI Mipa 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  22. Nama : putu putri cahya widyarani
    No : 36
    kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : Sman 7 denpasar

    BalasHapus
  23. Nama : Ni Ketut Hera Prasanti
    No : 25
    Kelas : XI Mipa 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  24. Nama : Kadek Rina Arisanti Putri Wijaya
    No : 21
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  25. Nama : Putu Kevin Ardiprana Nugraha
    No : 35
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  26. Nama: Putu Ayu Agung Windari Putri
    No : 32
    Kelas : XI MIPA 4
    sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR

    BalasHapus
  27. Nama : I Gusti Agung Jaya Nugraha
    No : 12
    Kelas : XI Mipa 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  28. Nama : Putu Agus Mahendra Widiantara
    No : 30
    Kelas : XI Mipa 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  29. Nama : I.G.A. Regina vy
    No : 16
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  30. Nama: A. A. Istri Jayantri Kusuma Wardhani
    No: 01
    Kelas: XI MIPA 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  31. Nama : LUH KOMANG SEVIRAYANI ADINA
    NO absen: 24
    Kls : XI MIPA 3
    Sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR

    BalasHapus
  32. Nama : Putu Agus Krisna Prasetya
    No:29
    Kelas: XI MIPA 4
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  33. Nama: Radja Wedha
    No: 37
    Kelas: XI MIPA 4
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  34. Nama : Gusti Agung Ratih Aiswari
    No : 09
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  35. Nama: I Gusti Ayu Sheila Febriyanthi
    No: 40
    Kelas: XI MIPA 3
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  36. Nama: I Komang Wira Satria Wibawa
    No: 11
    Kelas: XI Mipa 4
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  37. Nama:Kadek Ekyk Permana Putra
    No:20
    Kelas:XI MIPA 3
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  38. Nama : Ni Kadek Diahwinny Indrayani
    No : 31
    Kelas : XI mipa 3
    Asal sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  39. Nama : Dewa Agung Sugiantari Prami Anjani
    No : 07
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  40. Nama : Dewa Agung Sugiantari Prami Anjani
    No : 07
    Kelas : XI MIPA 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  41. Nama:I Gusti Ngurah Agung Chandra Palguna
    No:09
    Kelas:Xl MIPA 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  42. Nama : I Gede Wira Buana Gopta
    No : 11
    Kelas : XI Mipa 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  43. Nama:Komang Wulan Ambarawati
    No:21
    Kelas:XI MIPA 4
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  44. Nama : Ni Nyoman Trisna Yudayanti
    No : 28
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  45. Nama : Gek Anggie Cahya Paramitha
    No : 06
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  46. Nama : Ni Luh Hita Gauri
    No : 26
    Kelas : XI MIPA 4
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  47. Nama:A.A NGR DENY ADWITIYA PUTRA
    NO:02
    KLS:XI MIPA 4
    SEKOLAH:SMAN7 DENPASAR

    BalasHapus
  48. nama : Ida bagus agung wirasandi
    kelas : XI MIPA 3
    no : 19
    sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  49. Nama: I Wayan Tegar Surya Sastrawan
    Kels :XI MiPA 3
    No: 17
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  50. Nama:Ida Ayu Gede Natiya Setyawati
    Kelas :XI MIPA 4
    NO : 17
    SEKOLAH :SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  51. Nama : Naraya Kinastrian Siniddhikara Duarsa
    Kls: XIMIPA3
    No : 28
    Sekolah : SMAN 7 DPS

    BalasHapus
  52. Nama: Rinatya Dewi
    No: 40
    Kelas: XI IPS
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  53. Nama . Made radita guna dharma
    Kls. Xi ips 3
    No. 28
    Sekolah sma negeri 7 denpasar

    BalasHapus
  54. Nama: Ida Ayu Ratih Sanistya Dewi
    Kelas: XI IPS 3
    No: 23
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  55. Nama:Gede Khrisna Putra Endriawan
    No:9
    Kls:XI IPS 3
    Sekolah:SMAN7 Dps

    BalasHapus
  56. Nama : Ni Nyoman Fanny Cantika Putri
    Kelas : Xi Ips 4
    No : 31

    BalasHapus
  57. Nama : Made Widi Wulandari
    Kelas : XI IPS 3
    No : 31
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  58. Nama : I Made Wijayananda
    No : 18
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  59. Nama: I Nyoman Dwitya Adhyatma Nugraha
    Kelas: XI IPS 2
    No: 42
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  60. Nama: ida ayu ngurah shintya ciptadewi
    Absen:19
    Kelas:xi ips 1
    Sekolah: SMAN7 dps

    BalasHapus
  61. Nama : Ayu Made Kartika Maharani
    No : 05
    Kls : XI IPS 2
    Sklh : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  62. Nama: Anak Agung Sagung Putri Jambe Kencana Wisesa
    No: 02
    Kelas: XI IPS 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  63. Nama:I Putu Agus Mahendra
    No :17
    Kelas:XI IPS 1
    Sekolah: SMA NEGERI 7 DENPASAR

    BalasHapus
  64. Nama: NI MADE SRI WAHYUNI ANGGRAENI
    No : 33
    Kelas : XI IPS 2
    Sekolah : SMAN 7 DPS

    BalasHapus
  65. Nama : komang diffa bayu saputra
    No : 25
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  66. Nama : kadek aristya wulandari putri
    No : 32
    Kelas : XI IPS 1
    Nama sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  67. NAMA: I WAYAN ONGKI SUPUTRA
    NO:42
    KELAS:XI IPS 3
    SEKOLAH:SMA N 7 DPS

    BalasHapus
  68. I Made Yogi Wijaya Mahendra
    19
    XI IPS 3
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  69. Nama : Ni Made Indah Dwi Diarasita
    No : 33
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR

    BalasHapus
  70. Nama : Ni Putu Artini
    Kelas : XI ips 2
    Absen : 35
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  71. Nama : Made Bayu Pramana Diksa
    No : 43
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  72. NAMA: NI PUTU SINTYA ARISTYA PURNAMA DEWI
    KELAS: XI IPS 2
    NO: 37
    SEKOLAH : SMA N 7 DENPASAR

    BalasHapus
  73. Nama : I Gede Nanda Jaya Pratama
    No : 15
    Kelas : XI IPS 2

    BalasHapus
  74. Nama: Kadek Ratih Putri Divany
    Absen: 23
    Kelas: XI IPS 1
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  75. Nama: I Komang Adi Saputra
    No: 17
    Kelas: XIIPS2
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  76. Nama : Ni Putu Ayu Mirah Suputri
    No : 36
    Kelas : 36
    Sekolah : SMA N 7 DENPASAR

    BalasHapus
  77. Nama: I Dewa Ayu Dewi Candrika Laksmi
    Absen: 10
    Kelas: XI IPS 2
    Asal sekolah: SMAN 7 dps

    BalasHapus
  78. Nama : IGede Kusuma Arcana
    No : 08
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  79. Nama : I Made Yogi Wijaya Mahendra
    No : 19
    Kls : XI IPS 3
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  80. Nama:Kadek Pramana Satria Wibawa
    No : 22
    Kelas : XI IPS1
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  81. Nama : Made Rahayu Engelia Tara
    No : 29
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  82. Nama: Dinda Ayu Suastini
    No: 08
    Kelas: XI IPS 3
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  83. Nama : Ni Kadek Melani Sari
    Absen : 28
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar

    BalasHapus
  84. Nama: I Kadek Ferry Januarta
    No absen: 14
    Kelas: XI IPS 3
    Asal Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  85. Nama : Ni Komang Alit Prameswari Atmaja
    No : 31
    Kls : XI IPS 2
    sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  86. Nama : I Made Yudiawan
    No : 20
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  87. Nama : Ni Putu Ayu Mirah Suputri
    No : 36
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMA N 7 DENPASAR

    BalasHapus
  88. Nama : I kadek krisna saputra
    No : 13
    Kelas : XI Ips 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  89. Nama: Ni Putu Tasya Darma Dani
    No: 35
    Kelas: XI IPS 3
    SEKOLAH: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  90. Nama : Ni Luh Erica Agung Astriani
    No. Absen : 31
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  91. Nama : I Kadek Agus Ari Saputra
    No : 13
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  92. Nama : Putu Ayu Mutiara Maharani
    No.Absen : 39
    Kelas : XI IPS 2
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  93. Nama : Ni Putu Putri Puspitasari
    No : 36
    Kelas : XI IPS 2
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  94. Nama: Gusti Ayu Made Dwita Putri Adnyani Sari
    No: 09
    Kelas: XI IPS 2
    Sekolah: SMA Negri 7 Denpasar

    BalasHapus
  95. Nama: Ni Komang Satya Gayatri Putri Vivekananda
    No: 34
    Kls: Xi Ips
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  96. Nama :Ni Made Devi Parwati
    No :35
    Kelas :xi ips1
    Sekolah :SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  97. Nama : Nyoman Destri Ajeng Sari
    Absen: 38
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar

    BalasHapus
  98. Nama : Putu Intan Puspita Sari
    No : 39
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  99. Nama : Putu Intan Puspita Sari
    No : 39
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  100. Nama: Ni Wayan Alvina Listianty
    No: 37
    Kelas:XI IPS 1
    sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  101. Nama : I Gede Nanda Jaya Pratama
    No : 15
    Kelas : XI IPS 2
    Sekolah: SMA Negeri 7 Denpasar

    BalasHapus
  102. Nama: Gede Ngurah Darma Suputra
    No: 06
    Kelas: XI IPS 1
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  103. Nama: Ni Wayan Alvina Listianty
    No: 37
    Kelas:XI IPS 1
    sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  104. Nama: I Putu Ryan Krisna Pratama Putra
    No: 17
    Kelas: XI IPS 4
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  105. Nama : Ni Gusti Ayu Ratna Dewi
    No : 30
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  106. Nama : DERRYL DEWANTARA DIAZ
    NO : 05
    KELAS : XI IPS 1
    SEKOLAH : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  107. Nama: Putu Nanda Pratiwi Wijaya
    No : 38
    Kelas: XI IPS 1
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  108. Nama : I Kadek Wahyu Satyanugraha
    No : 14
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  109. Nama : indah Setya febrianty
    No 43
    Kls : XI IPS 2
    sekolah: SMA 7 denpasar

    BalasHapus
  110. Nama: Ranya mahaputri hartono
    No:39
    Kelas:XI IPS 3
    Sekolah: SMAN 7Denpasar

    BalasHapus
  111. Nama: Ni Komang Enny Sri Yuniastuti
    No: 33
    Kelas: XI IPS 1
    Sekolah: SMAN7 DENPASAR

    BalasHapus
  112. Nama:A.A Istri Cintya Prabandari
    No.absen:03
    Kelas: XI IPS 2
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  113. Nama : Putu Komala Ariatna
    No : 40
    Kelas : XI IPS 2
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  114. Nama: I Gusti Ayu Sri Laksmi Wulandari
    No: 09
    Kelas: XI IPS 1
    Sekolah: SMA N 7 Denpasar

    BalasHapus
  115. Nama : Made Wahyu Widya Nugraha
    Kelas: XI IPS 3
    No absen: 30
    Sekolah :SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  116. Nama :luh kadek sri wahyu widhiasih
    No :26
    Kelas: XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  117. Nama:Anak Agung Dwi Yuli Andari
    No:04
    Kelas: XI IPS 3
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  118. Nama : I Gusti Ngurah Agung Aria Andhika Semara
    Kelas : XI IPS 3
    No : 1
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  119. Nama : Kadek Risma Devina Pramesti
    No : 22
    Kelas: XI IPS2
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  120. Nama: Made Bagus Brahmanda Putra Krisna
    Kelas: XI IPS 1
    No: 28
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  121. Nama : Pande Made Martha Ameyla
    Kelas : XI IPS 3
    No : 37
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  122. Nama : Dewa Ayu Made Praba Resta Kristania
    No : 07
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  123. Nama:A.A Ngr agung bayu prabawa
    No:06
    Kls:XI IPS 3
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  124. Nama : Ida Ayu Putu Bunga Radita Updani
    No : 20
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 1 Denpasar

    BalasHapus
  125. Nama: I Gusti Agung Ayu Dian Agustina
    No:16
    Kelas:XI Ips 2
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  126. nama: ni made nova mahadewi
    no: 34
    kelas: xi ips 3
    sekolah: sman 7 denpasar

    BalasHapus
  127. Nama : Ida Ayu Putu Bunga Radita Upadani
    No : 20
    Kelas : XI IPS 1
    Sekolah : SMAN 7 Denpasae

    BalasHapus
  128. Nama : Ida Ayu Gede Dian Maharani
    No: 18
    Kelas: XI IPS 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  129. Nama : Ida Ayu Gede Dian Maharani
    No: 18
    Kelas: XI IPS 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  130. Nama : Anak Agung Ayu Dyah Saraswati
    No : 03
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  131. Nama : A.A.Ngurah Gede Darma
    No : 04
    Kelas : XI IPS 2
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  132. Nama : Nyoman Miming Octara
    No : 36
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  133. Nama : Ni Nym Gayatri Wirasetia Prema Wiharini
    No : 37
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  134. Nama : Made Devie Indrayani Kausalya
    No : 26
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  135. Nama: I PUTU BENAYAKA HANANDUTA
    No: 15
    Kelas: XI MIPA 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  136. nama: made ayu bintang kumala dewi
    no: 26
    kls: XI ips 2
    sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  137. Nama:Ni Komang Intan Pradnya Dewi
    No: 32
    Kelas: XI IPS 2
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  138. Nama:Kadek Ayu Dwi Denika Mulia
    No:21
    Kelas:XI IPS 4
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  139. Nama: Ni Made Deas Mutia ratih
    Absen: 32
    Kelas: XI Ips 4
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  140. Nama : Kadek Sinta Maharani Dewi
    No : 23
    Kls : XI IPS 4
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  141. Nama: Dewa Ayu Triadinda Cahya Subandi
    No: 04
    Kelas: XI IPS 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  142. Nama:setyowati galuh puspita
    No:39
    Kelas:XI IPS 1
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  143. NAMA:AA NGR ADI WAHYU ANGGA PUTRA
    NO:05
    KLS:XI IPS 3
    SEKOLAH:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  144. I PUTU ADE JAYA WIGUNA
    21
    XI IPS 3
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  145. Nama :I Nyoman Rico Dwi Cahya I.
    No : 16
    Kls : XI IPS 4
    Sklh : SMA N 7 Denpasar

    BalasHapus
  146. Nama: Ni Kadek Anggi Agustina Cahyani
    No: 30
    Kelas: XI IPS 2
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  147. Nama :MD Ayu Sinta Juniari
    No :25
    Kelas :xi ips 2
    Sekolah : SMA N 7 Denpasar

    BalasHapus
  148. Nama: Ni Luh Putri Eka Maharani
    Kls:XI Ips 1
    No:42

    BalasHapus
  149. NAMA: NGURAH ANOM BAYU DHARMASUTA
    NO: 24
    KELAS: XI MIPA 4
    SEKOLAH: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  150. Nama : A A Istri Mytha Maheswari
    Absen : 03
    Kelas : xi ips 1
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  151. I Kadek Atilla Chrisna Wantara
    No : 24
    Kelas :XI Ips 4
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  152. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  153. Nama:A.A Ayu Naori Novira Devi
    No :02
    Kelas :XI IPS 1
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  154. Nama: A.A Bintang Cahya Maharani
    No: 45
    Kelas: XI IPS 2
    SMA N 7 DENPASAR

    BalasHapus
  155. Nama: Ni Kadek Tari Dwita Purnamasari
    No: 42
    Kelas: XI IPS 4
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  156. Nama: Putu Intan Purnama Sari
    No:38
    Kls: XI IPS 3

    BalasHapus
  157. Nama : Putu Sri Raditha Saraswati Okan Suparta
    Kelas : XI IPS 4
    No Absen : 40

    BalasHapus
  158. Nama:i komang gede saras anantha citha
    No :13
    kls :XI IPS 1
    sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  159. nama : kadek oka hendrawan
    no :22
    kelas: xiips4
    sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  160. Nama: I Made Sugiantara
    Kelas: XI IPS 3
    Absen: 17
    Sekolah: SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  161. Nama : Putu Nanda Mahayendra
    No :25
    Kelas :XI IPS 4
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  162. Nama : Anak Agung Ayu Anindia Adisty Paramita
    No : 02
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  163. Nama :I Dewa Ayu Kadek Anom Julianingsih
    No :07
    kelas ix Ips 1
    sekolah :SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  164. Nama :I Kadek Agus Antara
    No:11
    Kelas:XI IPS 4
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  165. Nama : A.A Ngr Jambe A.P
    No : 3
    Kelas : XI Ips 4
    Sekolah : Sman 7 Denpasar

    BalasHapus
  166. Nama:Ayu Komang Tri Ambara Putri
    No:05
    Kelas:XI MIPA 4
    Sekolah:SMAN7 Denpasar

    BalasHapus
  167. Nama: Kadek Oka Sanjaya
    No: 21
    Kls: XI IPS 1
    Sekolah: SMA Negeri 7 Denpasar

    BalasHapus
  168. Nama : I Gede Putu Satya Iswara
    No: 8
    Kelas : XI IPS 4
    Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar

    BalasHapus
  169. Nama:I Gede Sukta Wisnu Adi Putra
    No:10
    Kelas:XI MIPA 3
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  170. Nama: I Gusti Agung Chintya Anindya Mantara
    No: 10
    Kelas: Xi ips 4

    BalasHapus
  171. Nama: I Gusti Agung Chintya Anindya Mantara
    No: 10
    Kelas: Xi ips 4
    Sekolah: Sman 7 denpasar

    BalasHapus
  172. Nama : Putu Novi Calista damayanti
    No : 41
    Kelas : XI IPS 3
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  173. Nama: Komang ari saputra
    Kelas : XI IPS 4
    absen :26

    BalasHapus
  174. Nama : I Dewa Ayu Sutji Kiran Tirtawati R
    Kelas : XI IPS 2
    Absen : 11

    BalasHapus
  175. Nama: md sri oriana laksmi
    Kelas: XI IPS 1
    Absen:29
    Sekolah:Sman 7 Denpasar

    BalasHapus
  176. Nama:anak agung sagung dara triana
    No:03
    Kelas:XI MIPA3
    Sekolah:SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  177. Nama:I Made Gede Budi Sastra Sumayasa
    No:15
    Kelas:XI Mipa 3
    Sekolah:SMAN 7 Denapasar

    BalasHapus
  178. Made Ega Dhurandhara Gautama (27/XI IPS 3)
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  179. I Made Arya Wirajaya/15/Xl IPS 1
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  180. I Made Arya Wirajaya/15/Xl IPS 1
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  181. I Komang Bagus Ardana Putra/13/XI MIPA 3
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  182. Tamara adi pradnya/40/XI IPS 1
    SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  183. Made Krisna Danendra / 27 / XI MIPA 6 / SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  184. NAMA : I Putu Adi Satria Wedantara
    NO : 15
    KELAS : XI MIPA 6
    SEKOLAH : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  185. Ni Putu Amanda Mas Rusana/35/XI MIPA 6/SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  186. Nama: Anak Agung Istri Arundhati Aiswara
    No: 02
    Kelas: XI MIPA 6
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  187. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  188. Nama : Komang Ayu Sanimita Ahrani
    No : 23
    Kelas : XI MIPA 6
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  189. Nama: Kadek Winata Kusuma
    No.Absen: 19
    Kelas: XI MIPA 6
    Nama Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  190. Nama : Ida Ayu Diva Lingga Maheswari
    No : 15
    Kelas : XI MIPA 5
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  191. Nama: Made Aditya Kusuma Dwiputra
    No: 21
    Kelas:XI MIPA 8
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  192. Nama : Putu Eka Putri Saraswati
    No : 36
    Kelas : XI MIPA 5
    Sekolah : SMA N 7 Denpasar

    BalasHapus
  193. Nama : Putu Sri Dianingsih
    No : 38
    Kelas : XI MIPA 5
    Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar

    BalasHapus
  194. Anak Agung Indi Kusuma Putra
    02
    XI MIPA 8
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  195. Kadek Widnyana Putra
    19
    XI MIPA 8
    SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  196. Nama : Ni Kadek Indira Kusumayanti
    No : 31
    Kelas :XI MIPA 5
    Nama Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  197. Nama :Made Smita Padma Ranjana
    No : 27
    Kelas : XI MIPA 5
    Sekolah : SMAN 7 DENPASAR

    BalasHapus
  198. Nama: Anak Agung Mirah Meika Dewi
    No: 03
    Kelas: XI Mipa 6
    Sekolah: SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  199. Nama: Ni Putu Meisya Ratna Dewi
    No : 39
    Kelas : XI Mipa 7
    Sekolah : SMAN 7 Denpasar

    BalasHapus
  200. Anak Agung Gde Ardjun Surya Pramartha
    03
    XI MIA 7
    SMA NEGERI 7 DENPASAR

    BalasHapus

BAB II YAJÑA DALAM MAHABHARATA

                                 YAJÑA DALAM MAHABHARATA I.             Pengertian dan Hakikat Yajña Menurut etimologi kata Yajña berasa...