YAJÑA DALAM
MAHABHARATA
I.
Pengertian dan Hakikat Yajña
Menurut
etimologi kata Yajña berasal dari kata yaj yang artinya memuja
atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci. Kata ini juga diartikan
bertindak sebagai perantara. Dalam Ṛgveda
VIII, 40. 4. Yajña artinya
pengorbanan atau persembahan. Yajña
merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan
untuk melakukan persembahan kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada
pelaksanaan di dalamnya mengandung unsur Karya (perbuatan), Sreya (tulus
ikhlas), Budhi (kesadaran), dan Bhakti (persembahan). Selama ini Yajña dipahami hanyalah sebatas piodalan
atau menghaturkan persembahan (Banten). Arti Yajña yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara
tulus. Yajamana artinya orang yang
melakukan atau melaksanakan Yajña,
sedangkan Yajus berarti aturan
tentang Yajña. Segala yang
dikorbankan atau dipersembahkan kepada Hyang Widhi/Tuhan dengan penuh
kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan perilaku yang tulus demi kesejahtraan alam semesta disebut dengan Yajña.
Latar
belakang manusia untuk melakukan Yajña
adalah adanya Ṛṇa (hutang). Dari Tri Ṛṇa
(tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini) kemudian menimbulkan
Pañca Yajña yaitu dari Dewa Ṛna
menimbulkan deva Yajña dan Bhuta Yajña, dari Ṛsi Ṛna menimbulkan Ṛsi Yajña, dan dari Pitra Ṛna menimbulkan
Pitra Yajña dan Manusa Yajña. Kesemuanya itu memiliki tujuan
untuk mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunjuk Veda, meningkatkan
kualitas kehidupan, pembersihan spiritual dan penyucian serta merupakan suatu
sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan Hyang Widhi/Tuhan. Inti dari Yajña adalah persembahan dan bhakti
manusia kepada Hyang Widhi/ Tuhan untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Sarana upacara inilah disebut dengan
upakara/banten. Melalui sarana berupa upakara atau banten ini, umat Hindu
menyampaikan bhaktinya kepada Hyang Widhi/Tuhan. Banten yang dipersembahkan
dimulai dari tingkatan yang terkecil sampai terbesar (kanista, madya, utama).
Kemudian banten ini dipersembahkan ketika ada upacara/piodalan juga hari-hari
raya menurut agama Hindu.
Sesajen atau banten bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkan sarana
umat dalam menyampaikan dan mewujudkan rasa bakti dan syukur kepada Brahman, Sang
Hyang Widhi. Di dalam ajaran suci Veda, Santi Parwa atau Bhagavadgita disebutkan, mereka yang makan sebelum
memberikan Yajña, maka orang itu pantas disebut pencuri. Ajaran Veda ini
mengajarkan tentang etika sopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini
berasal dari Sang Hyang Widhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum
makan diwajibkan mengadakan penghormatan dengan persembahan kepada pemilik
makanan sesungguhnya, yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Yajña itu
adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan
keteraturan sosial. Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan,
dan korban suci. Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa
pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajña, maka korban suci
ini dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:
a.
Dewa Yajña
Yajña
jenis ini adalah
persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala
manisfestasi-Nya. Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya, melaksanakan
puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentu adalah
melaksanakan piodalan/puja wali di pura dan lain sebagainya.
b.
Rsi Yajña
Rsi
Yajña adalah korban
suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajña ini
dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan
melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan
keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda
juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal
ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan
upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan
upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. Umat Hindu
memberikan Yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud
untuk menghantarkan upacara Yajña yang dilaksanakan.
c.
Pitra Yajña
Korban
suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para Pitara
atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban
setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur untuk memberikan persembahan
yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda
agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan sosial.
d.
Manusa Yajña
Manusa
Yajña adalah
pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan.
Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup
menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa
Yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan
sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu
secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya
sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga donor darah dan
membantu orang miskin juga Manusa Yajña. Namun, Manusa Yajña dalam
bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun
sebuah Yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan. Umpamanya, kalau
kita
melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak.
Untuk upacara Manusa Yajña, Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari
sejak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang diajarkan oleh
Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña, antara lain:
a.
membantu
orang tua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan dalam kondisi lalu
lintas sedang ramai;
b.
menjenguk
dan memberikan bantuan teman yang sakit;
c.
melakukan
bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis;
d.
memberikan
tempat duduk kita kepada orang tua, wanita atau anak-anak ketika berada di
dalam kendaraan umum;
e.
memberikan
sumbangan beras kepada orang yang tak mampu;
f.
membantu
memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat;
g.
membantu
fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan
h.
membantu
teman atau siapa saja yang sedang terkena musibah bencana alam, kerusuhan atau
kecelakaan lalu lintas; dan
i.
memberikan
jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit.
e.
Bhuta Yajña
Upacara Bhuta Yajña adalah korban suci untuk para bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu orang. Contoh upacara bhuta Yajña adalah masegeh, macaru, tawur agung, panca wali krama. Tujuan bhuta Yajña adalah menetralisir kekuatan bhuta kala yang kurang baik menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan mendukung kehidupan umat manusia.
II.
Yajña dalam
Mahabharata dan Masa Kini
Kitab
Mahābhārata ditulis oleh Rsi Wiyasa.
Kitab ini terdiri atas Asthadasaparwa
artinya 18 parwa atau 18 bagian atau jilid dan digubah dalam bentuk syair
sebanyak 100.000 sloka yaitu
Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirathaparwa, Udyogaparwa, Bismaparwa,
Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa,
Anusasanaparwa, Aswamedaparwa, Asrāmāwasanaparwa, Mausalaparwa, Prasthanikaparwa,
dan Swargarohanaparwa.
a.
Adi Parwa
Dalam parwa yang pertama yaitu Adi Parwa,
dimuat beberapa macam cerita, misalnya matinya Arimba, burung dewata mengaduk
laut susu yang menyebabkan keluarnya air hidup dan juga timbulnya gerhana
matahari dan bulan yang dalam ceritanya terungkap bulan yang ditelan oleh
raksasa yang hanya berwujud kepala. Ada juga cerita tentang Pandawa dan Kurawa
ketika masih kecil misalnya lakon Dewi Lara Amis, Bale si Gala-gala dan cerita
Santanu. Negeri Hastina yang rajanya bernama Prabu Santanu mempunyai anak
bernama Prabata atau disebut juga Bisma yang
artinya teguh janji. Suatu saat Prabu Santanu tertarik dengan kecantikan Dewi Satyawati.
Padahal Prabu Santanu sudah pernah sumpah tak akan kawin lagi, hanya akan
mengasuh sang Prabata saja. Bisma pun mengetahui bahwa sang ayah telah
bersumpah tak akan kawin lagi. Namun demikian Bisma sangat iba hati melihat
sang ayah Prabu Santanu jatuh cinta kepada Dewi Satyawati yang hanya mau
dikawini bila keturunannya dapat naik tahta. Melihat gelagat yang kurang pas
itu, Bisma rela untuk melepaskan haknya sebagai raja pengganti sang ayah. Bisma
kemudian bersumpah akan hidup sendiri dan tidak menikah selamanya (wadat). Ini
berarti Bisma tidak menggantikan tahta ayahnya, agar sang ayah bisa kawin
dengan Satyawati. Pernikahan Santanu dengan Dewi Satyawati berputra dua yaitu
Citragada dan Wicitrawirya. Citranggada tidak lama hidup dia mati muda maka
Wicatrawirya yang menggantikan sang prabu sebagai
raja Hastina dengan istri dua Dewi Ambika
dan Ambalika dari negara Kasi. Belum sampai punya keturunan prabu Wicitrawirya
meninggal. Oleh Satyawati Bisma disuruh mengawini kedua janda itu, tetapi
dengan tegas Bisma menolak. Kemudian Dewi Satyawati menyuruh anaknya, Abiyasa
(Wiyasa) hasil perkawinannya dengan begawan Parasara untuk mengawini janda
Ambika dan Ambalika dengan harapan ada keturunan dari silsilah Bharata yang
meneruskan menjabat sebagai raja di Negara Astina. Dewi Ambika yang menikah
dengan resi Wiyasa punya keturunan laki-laki bernama Dretharastra yang sejak
lahir menderita buta dan tidak bisa menjadi raja. Sedangkan pernikahan antara
Wiyasa dengan Dewi Ambalika menurunkan anak laki-laki bernama Pandhu si muka
pucat. Pandhulah yang kemudian menduduki singgasana kerajaan Hastina. Pandhu
menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Pernikahanya
dengan Dewi Kunthi berputra 3 laki-laki, yaitu Yudhistira, Bima, dan Arjuna.
Sedangkan pernikahanya dengan Dewi Madrim berputra 2 laki-laki, yaitu Nakula
dan Sadewa. Sehingga Prabu Pandhu mempunya 5 orang anak, dan kelima anak
tersebut disebut Pandawa. Drestharastra akhirnya menikah dengan kakak perempuan
Sangkuni yang bernama Dewi Gandari dan mempunyai keturunan 100 orang. Ketika
Pandhu meninggal, Drestharastra terpaksa menggantikan raja sementara meskipun
buta. Drestharastra menjabat raja hanya sementara, inilah yang menimbulkan
perang besar Bharatayuda selama 18 hari yang memakan korban sangat banyak.
b.
Sabha
Parwa
Pada
parwa yang kedua yaitu Sabha Parwa menceritakan tentang permainan dadu hingga
Pandawa menjalani hukuman. Usaha Kurawa untuk menghancurkan Pandawa tidak
pernah mau berhenti. Kali ini Pandawa yang sudah menempati Indraprastha sebagai
tempat berteduh diajak main dadu. Ternyata atas kelicikan orang Kurawa,
meskipun Yudhistira ahli main dadu, tetapi tetap kalah karena tipu muslihat
Sengkuni. Dalam permainan tersebut Yudhistira juga menyerahkan dirinya untuk
dijadikan taruhan, hingga Yudhistira kalah dan menerima hukuman. Tetapi karena
usaha Drestharastra para Pandawa menjadi bebas.
Kurawa tetap
menginginkan kehancuran Pandawa dan diajaknya main dadu lagi dengan taruhan
bila Pandawa kalah harus menjalani pembuangan selama 12 tahun dan tahun ke 13
dan mereka harus menyelinap atau bersembunyi tanpa diketahui orang dan baru
pada tahun ke 14 kembali ke istana. Jika dalam penyelinapannya diketahui para Kurawa,
Pandawa harus kembali ke hutan selama 12 tahun lagi dan menyelinap pada tahun
ke 13 dan seterusnya.
c.
Wana Parwa
Dalam
Wana Parwa yaitu bagian yang ketiga ini mengisahkan pengalaman-pengalaman Pandawa
ketika berada dalam hutan buangan selama 12 tahun. Pernah para Pandawa menolong
seorang desa yang akan dimakan oleh seorang raja raksasa bernama prabu Baka
dari negeri Ekacakra. Prabu Baka mati terkena kuku Pancanaka Bratasena, perutnya
sobek usus keluar. Negeri Ekacakra tentram dan seorang yang tertolong itu berjanji
akan sanggup menjadi korban saji (tawur) ketika perang besar nanti terjadi. Di
samping itu dikisahkan pula bahwa Arjuna juga pernah merukunkan suami istri yang
belum akur menjadi satu selama perkawinannya. Setelah Raden Arjuna yang merukunkannya,
maka orang tersebut sanggup menjadi tawur pada perang besar nanti. Pada saat
Pandawa dalam hutan buangan sering menerima kehadiran para Brahmana yang hadir
untuk mendoakannya. Mahārṣi Wiyasa datang untuk memberikan nasehatnasihatnya agar
Arjuna mau bertapa di gunung Mahameru untuk memohon senjata-senjata yang ampuh
dan sakti. Tapa Arjuna inilah yang menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
d.
Wiratha
Parwa
Parwa
yang ke empat yaitu Wiratha Parwa mengisahkan Pandawa sudah selesai menjalani
pembuangan selama 12 tahun di hutan. Maka mereka keluar dari hutan ingin
menyelinap sesuai perjanjian. Para Kurawa berpendapat bahwa Pandawa pasti sudah
mati dimakan binatang buas. Tetapi ternyata mereka sudah berada di negeri Wiratha
sebagai budak sang Prabu Matsyapati. Penyamaran yang dilakukan para Pandawa
adalah sebagai berikut: Yudhistira sebagai kepala pasar berpangkat tandha
bernama Dwijangkangka, Bhima sebagai tukang menyembelih sapi (jagal) dengan
nama Ballawa dan ikut seorang jagal Walakas di desa Pajagalan. Arjuna diterima
sebagai abdi sang permaisuri Dewi Sudisna bersama putri mahkota Dewi Utari,
tugasnya mengajar tari dan Sinden bernama Kandhi Wrehatnala dengan watak banci
(wandu). Sedangkan Nakula dan Sadewa sebagai tukang memelihara kuda dan tukang
rumput (Gamel), bernama Grantika dan Tantripala. Drupadi bernama Salindri
sebagai pelayan sang permaisuri Dewi Sudesna dan merangkap sebagai penjual kinang
di pasar. Penyamaran Ini memang strategi mereka biar tidak jauh dengan Kandhi
Wrehatnala, dan pada saat keluar supaya mudah berhubungan dengan tandha Dwijangkangka
dan Jagal Ballawa serta Grantika dan Tantripala. Meskipun di Wiratha sering
mendapat marah dari sang Prabu Matsyapati, tetapi Pandawa sadar itu suatu perjalanan
penuh kesabaran dan tawakal (laku prihatin) yang harus dijalani. Mengabdi
sebagai budak kerajaan harus mau menerima apa adanya meskipun menerima siksa,
dihina, dicerca, meskipun benar dianggap salah toh mereka beranggapan bahwa
kebenaranlah yang akan mendapat anugerah. Sabagai abdi mereka berenam dalam strateginya mampu
mengamankan Negara Wiratha yang sedang terancam bahaya, misalnya jagal Billawa
mampu membunuh tritunggal Kencakarupa-Praupakenca dan Rajamala. Sedangkan
Arjuna si Kandhi Wrehatnala mampu membunuh beribu-ribu tentara sekutu Astina
bersama para senapatinya sehingga negeri itu menjadi tenang dan tentram.
Setelah para budak bersembunyi dan menyelinap di Wirataha selama satu tahun,
barulah Prabu Matsyapati menyadari bahwa keenam bersaudara tersebut adalah para
Pandawa yang terhitung masih cucunya sendiri. Demikianlah kata para budak si
Pandawa. “Kakek Matsyapati, akulah cucu-cucumu Pandawa.” Seketika itu kemarahan
Matsyapati menjadi kesabaran dan berjanji akan mengutamakan kebijaksanaan.
e.
Udyoga
Parwa
Udyoga
Parwa adalah parwa yang kelima mengisahkan bahwa pada tahun ke 14 Pandawa tak
bisa dicari orang Hastina, apalagi para Kurawa yakin bahwa Pandawa sudah mati.
Maka orang Hastina cemas bahwa Pandawa kembali ke Indraprastha. Di dalam bagian
ke 5 ini Sri Kresna sebagai perantara minta separuh negara, tetapi Kurawa tidak
rela. Oleh karena itu tidak ada jalan lain, kecuali harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi peperangan.
f.
Bhisma Parwa
Pada Bisma Parwa dikisahkan bahwa perang
Bharatayuda sudah dimulai dan Bisma sebagai panglima perang Hastina dan Dhresthadyumna
sebagai panglima perang Pandawa akan berhadapan di medan perang Tegal kurukasetra.
Pembela Pandawa yang lain adalah dari negara Wirata diantaranya adalah Seta,
Utara, Wratsangka yang akhirnya ketiga kesatriya tersebut gugur terkena panah
Bisma. Dalam perang besar Bharatayuda, kedudukan Sri Kresna sebagai penasehat Pandawa
dan pengatur siasat perang serta menjadi kusir atau pengendara kereta Arjuna.
Dikala Arjuna bimbang menghadapi musuhnya yaitu saudara-saudara, guru, kakek,
kakak, maka Sri Kresna memberikan nasihat (wejangan) tentang hakikat dan
kewajiban manusia secara mendalam. Wejangan yang mendalam dan panjang itu
merupakan bagian yang disebut Nyanyian Tuhan (Bhagawadgita). Sepuluh hari pertempuran berlangsung, maka gugurlah
Bisma. Ia tidak terus mati, melainkan masih hidup beberapa lama lagi. Kemudian
masih mampu memberikan wejangan kepada kedua belah pihak yang bertikai.
g.
Drona Parwa
Drona Parwa adalah bagian yang ketujuh
mengisahkan tentang begawan Drona sebagai senapati Kurawa dan gugurnya
Gathotkaca. Drona telah menjadi panglima perang Kurawa. Sedangkan Karna
mengamuk telah ditantang Gathotkaca namun Gathotkaca gugur, Abimanyu anak
Arjuna juga gugur oleh Jayajerata. Raja Drupada pun gugur, sebagai seorang anak
maka Dhresthadyumna mengamuk dan pada hari ke 15 Drona gugur oleh
Dhresthadyumna.
h.
Karna
Parwa
Karna
Parwa adalah parwa yang kedelapan. Pada bagian ke-8 ini juga diceritakan Bima
merobek dada Dursasana secara sadis dan meminum darah Dursasana. Pada hari ke
17, Karna terbunuh oleh Arjuna hingga terpenggal kepalanya.
i.
Salya
Parwa
Salya
Parwa adalah bagian yang kesembilan mengisahkan tentang Prabu Salya raja
Mandraka menjadi panglima perang Kurawa namun hanya setengah hari gugur oleh
tipu muslihat Nakula dan Sadewa. Hal tersebut dilakukan oleh Nakula dan Sadewa
karena perintah Sri Kresna sebagai dalang Pandawa.
j.
Sauptika
Parwa
Dalam
parwa yang kesepuluh yaitu Sauptika Parwa, menceritakan perihal Aswatama putra
Drona. Karena dendam, maka pada malam hari yang dinyatakan tidak perang itu,
Aswatama masuk ke kemah-kemah membunuh semua yang ditemuinya, di antaranya
Dresthadyumna. Dalam parwa ini diungkapkan bahwa Aswatama lari ke hutan dan
berlindung di pertapaan Wiyasa. Keesokan harinya datanglah Pandawa ke pertapaan
Wiyasa. Dalam pertemuan itu terjadi perang ramai antara Pandawa dan Aswatama
yang kemudian dilerai oleh resi Wiyasa dan Kresna. Aswatama menyerahkan senjata
dan kesaktiannya. Akhirnya Aswatama pergi menjadi pertapa.
k. Stri Parwa
Stri
Parwa adalah bagian yang kesebelas, mengisahkan tentang Prabu Dhrestharastra,
Pandawa, Kresna dan semua istri pada pahlawan datang di medan Tegal
Kurukasetra. Mereka mencari suaminya masing-masing dan hari itu adalah hari
tangis. Mereka menyesali kejadian itu. Semua jenazah para pahlawan yang
ditemukan dibakar bersama. Yudhistira menyelenggarakan upacara pembakaran mayat
mereka yang tewas di medan perang dengan mempersembahkan air suci kepada para arwah
leluhur dan pada saat itu pulalah Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang
dari semula menjadi rahasia pribadinya.
l.
Santi
Parwa
Pada
bagian yang ke duabelas yaitu Santi Parwa menceritakan para Pandawa mencari
pencerahan jiwa dan pembersihan diri. Sebulan lamanya Pandawa tinggal di hutan
untuk membersihkan diri. Atas petunjuk Rsi Wyasa dan Kresna, diharapkan agar
Yudhistira mau memerintah di Hastina dan didukung oleh adik-adiknya. Wiyasadan
Kresna memberi wejangan tentang kewajiban dan kesanggupan manusia dan para
ksatria sebagai generasi penerus. Akhirnya Yudhistira mau menjadi raja di
istana Hastina serta mereka menunaikan tugas bersama.
m.
Anusasana
Parwa
Anusasanaparwa
adalah bagian yang ketigabelas. Parwa ini mengisahkan kejadian-kejadian sebagai
penutup Bharatayuda dan wejangan dari Bisma terhadap Yudhistira. Dengan detail
Bisma mengajarkan ajaran Dharma. Artha, aturan kedarmawanan, aturan luhur
permasalahan, dan sebagainya. Juga dijelaskan tentang berbagai jenis upacara
dan tentang kewajiban yang berhubungan dengan waktu. Akhirnya Bisma meninggal
dengan tenang sesudah perang.
n.
Aswamedha
Parwa
Dalam
bagian yang keempatbelas yaitu Aswameda Parwa mengisahkan Prabu Yudhistira pada
saat mengadakan upacara untuk naik tahta kerajaan dengan cara membiarkan dan
membebaskan kuda. Pembebasan kuda tersebut dilakukan selama satu tahun dengan
penjagaan ketat. Siapa saja yang mengganggu kuda tersebut akan dihukum. Pada
bagian ini juga diceritakan kisah seekor tikus yang mengunjungi upacara
Aswamedha itu, serta menguraikan tentang hakikat Yajna.
o. Asramawasika Parwa
Asramawasana
Parwa adalah bagian yang kelimabelas. Parwa ini mengisahkan tentang
Drestharastra yang menarik diri dari keramaian dan ingin hidup di hutan dengan Gandari
dan Kunthi yang juga ingin menjadi pertapa. Tetapi setelah hidup di hutan
selama satu tahun lalu mereka mati karena hutan terbakar oleh api Drestharastra
sendiri.
p.
Mausala
Parwa
Mausala
Parwa adalah parwa yang keenambelas. Parwa ini menceritakan musnahnya kerajaan
Dwarawati akibat berkobarnya perang saudara antara kaum Yadawa atau bangsa
kulit hitam (Wangsa Wresni). Wangsa ini lenyap karena saling perang dengan
menggunakan gada alang-alang. Baladewa mati, Kresna lari ke hutan dan mati
terbunuh dengan tidak sengaja oleh seorang pemburu. Wyasa menyarankan Pandawa
mengundurkan diri pula, melakukan kehidupan sanyasa.
q. Mahaprastanika Parwa
Parwa
ini menceritakan sesudah pemerintahan diserahkan ke cucunya Pandawa yang
bernama Prabu Parikesit, maka Pandawa lima bersama-sama Dropadi menarik diri untuk
menuju pantai. Satu demi satu mereka meninggal secara berurutan dari Dropadi, kemudian
dari yang muda Sadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima. Tinggal Yudhistira dengan
seekor anjing yang selalu mengikuti pengembaraan pada Pandawa. Batara Indra
datang menjemput Yudhistira tetapi ditolak bila anjing tidak boleh ikut serta.
Akhirnya anjingnya pun diperbolehkan ikut. Maka masuklah Yudhistira ke Indraloka
bersama Batara Indra. Sedangkan anjing itu masuk ke Sorgaloka berubah menjadi
Sang Hyang Batara Darma/Hyang Suci.
r.
Swargarohana
Parwa
Swargarohana
Parwa adalah bagian yang kedelapanbelas atau parwa yang terakhir. Parwa ini
menceritakan sewaktu Yudhistira ke Surga tidak bertemu dengan saudara-saudaranya
dan juga dengan Dropadi. Justru malah bertemu dengan kakak-kakaknya dari
Hastina. Oleh karena itu dia mencari ke neraka dan bertemu dengan adiknya-adiknya
dalam penyiksaan. Namun dengan masuknya Yudhistira ke neraka maka berbaliklah
keadaannya. Neraka dibalik menjadi Surga. Sedangkan Surganya orang-orang Kurawa
telah berbalik menjadi neraka.
Berikut merupakan cuplikan cerita mengenai pelaksanaan Yajña dalam cerita Mahabharata.
SarpaYajña
Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa
yang sangat besar dan dihadiri oleh seluruh rakyat dan undangan dari raja-raja terhormat
dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari para pertapa
suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa
meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan utamaning utama.
Menjelang puncak pelaksanaan Yajña, datanglah seorang Brahmana
suci dari hutan ikut memberikan doa-restu dan menjadi saksi atas pelaksanaan upacara
yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai
macam makanan yang lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Begitu juga
Brahmana Utama ini diberikan suguhan makanan yang enak-enak. Setelah melalui perjalanan
yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura, Brahmana Utama ini sangat
lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan makanan oleh para
dayang kerajaan, Sang Brahmana Utama langsung melahap hidangan tersebut dengan cepat
bagaikan orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah
Dewi Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara Yajña besar tersebut.
Begitu melihat cara sang Brahmana Utama menyantap makanan secara tergesa-gesa,
berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan Brahmana Utama itu, seperti
tidak pernah melihat makanan, cara makannya tergesa-gesa,” kata Drupadi dengan
nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadi mencela Sang Brahmana Utama
cukup jauh, karena kesaktian dari Brahmana ini, maka apa yang diucapkan oleh
Drupadi didengarkannya secara jelas. Sang Brahmana Utama diam, tetapi batinnya
kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut.
Di dalam ajaran agama Hindu, diajarkan bahwa apabila kita melakukan tindakan
mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. Terlebih lagi apabila
mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk. Dalam kisah
berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luar biasa dari saudara
iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya. Di hadapan Maha Raja
Drestarata, Rsi Bisma, Begawan Drona, Kripacarya, dan Perdana Menteri Widura
serta disaksikan oleh para menteri lainnya, Dewi Drupadi dirobek pakaiannya oleh
Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana. Perbuatan biadab merendahkan
kehormatan wanita dengan melepaskan pakaian di depan umum, berdampak pada
kehancuran bagi negerinya para penghina. Terjadinya penghinaan terhadap Drupadi
adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana Utama ketika menikmati
hidangan.
Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana, karena dibantu oleh Krisna
dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa habis sampai adiknya
Duryodana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu Drupadi karena Drupadi
pernah berkarma baik dengan cara membalut jarinya Krisna yang terkena Panah
Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita ini adalah, kalau melaksanakan
Yajña harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela dan tidak boleh ragu-ragu.
III.
Syarat-syarat dan Aturan dalam Pelaksanaan Yajña
Agar
pelaksanaan Yajña lebih efisien, maka
syarat pelaksanaan Yajña perlu mendapat
perhatian, yaitu:
a.
Sastra, Yajña
harus berdasarkan Veda:
b.
Sraddha, Yajña
harus dengan keyakinan:
c.
Lascarya, keikhlasan
menjadi dasar utama Yajña:
d.
Daksina,
memberikan dana kepada pandita:
e.
Mantra, puja,
dan gita, wajib ada pandita atau pinandita:
f.
Nasmuta atau
tidak untuk pamer, jangan sampai melaksanakan
b.
Yajña hanya
untuk menunjukkan kesuksesan dan kekayaan: dan
c.
Anna Sevanam, yaitu
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang untuk makan
bersama.
Menurut Bhagavadaita XVII. 11, 12, dan 13 menyebutkan ada
tiga kualitas Yajña itu, yakni:
a.
Satwika Yajña:
Satwika
Yajña adalah
kebalikan dari Tamasika Yajña dan Rajasana Yajña bila didasarkan
penjelasan Bhagawara Gita tersebut di atas. Satwika Yajña adalah Yajña
yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat
yang dimaksud, antara lain:
1.
Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh
melaksanakan Yajña sembarangan, apalagi di dasarkan pada keinginan diri
sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus melalui
perhitungan hari baik dan buruk, Yajña harus berdasarkan sastra
dan tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat.
2.
Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai
melaksanakan Yajña ragu-ragu. Berusaha berhemat pun dilarang di dalam
melaksanakan Yajña. Hal ini mengingat arti Yajña itu adalah pengorbanan
suci yang tulus ikhlas. Sang Yajamana
atau penyelenggara Yajña tidak boleh kikir dan mengambil keuntungan
dari kegiatan Yajña. Apabila dilakukan, maka kualitasnya bukan
lagi sattwika namanya.
3. Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña.
Kalau Yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan seorang Sulinggih
Dwijati atau Pandita. Tetapi kalau Yajñanya kecil, cukup dipuput oleh
seorang Pemangku atau Pinandita saja.
4. Dalam setiap upacara Yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkan daksina.
Daksina adalah dana uang kepada Sulinggih atau Pinandita yang muput Yajña. Jangan sampai tidak melakukan itu, karena
daksina adalah bentuk dari Rsi Yajña
dalam Panca Yajña.
5. Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin Dharmagita. Hal ini
juga disesuaikan dengan besar kecilnya Yajña. Apabila biaya untuk melaksanakan Yajña tidak besar, maka
suara gong atau Dharmagita boleh
ditiadakan.
b. Rajasika Yajña:
Yajña yang dilakukan dengan penuh harapan
akan hasilnya dan dilakukan untuk pamer saja. Rajasika Yajña adalah kualitas Yajña
yang relatif lebih rendah. Walaupun semua persyaratan dalam sattwika Yajña sudah terpenuhi, namun apabila
Sang Yajamana atau yang menyelenggarakan Yajña
ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya, maka nilai Yajña itu menjadi rendah. Dalam Siwa
Purana dijelaskan bahwa seorang Dewa Kuwera, Dewa Siwa untuk menghadiri dan
memberkahi Yajña yang akan
dilaksanakannya. Dewa Siwa mengetahui bahwa tujuan utama mengundang-Nya
hanyalah untuk memamerkan jumlah kekayaan, kesetiaan rakyat, dan kekuasaannya.
Mengerti akan niat tersebut, raja pun mengundang Dewa Siwa,
maka pada hari yang telah ditentukan, Dewa Siwa tidak mau datang, tetapi
mengirim putranya yang bernama Dewa Gana untuk mewakili-Nya menghadiri undangan
Raja itu. Dengan diiringi banyak prajurit, berangkatlah Dewa Gana ke tempat upacara.
Upacaranya sangat mewah, semua raja tetangga diundang, seluruh rakyat ikut
memberikan dukungan.
Dewa Gana diajak berkeliling istana oleh raja sambil
menunjukkan kekayaannya berupa emas, perak, dan berlian yang jumlahnya
bergudang-gudang. Dengan bangga, raja menyampaikan jumlah emas dan berliannya.
Sementara rakyat dari kerajaan ini masih hidup miskin karena kurang
diperhatikan oleh raja dan pajaknya selalu dipungut oleh Raja.
Mengetahui hal tersebut, Dewa Gana ingin memberikan pelajaran
kepada Sang Raja. Ketika sampai pada acara menikmati suguhan makanan dan
minuman, maka Dewa Gana menghabiskan seluruh makanan yang ada. Bukan itu saja, seluruh
perabotan berupa piring emas dan lain sebagainya semua dihabiskan oleh Dewa
Gana. Raja menjadi sangat bingung sementara Dewa Gana terus meminta makan.
Apabila tidak diberikan, Dewa Gana mengancam akan memakan semua kekayaan dari
Sang Raja. Khawatir kekayaannya habis dimakan Dawa Gana, lalu Raja ini kembali
menghadap Dewa Siwa dan mohon ampun. Lalu diberikan petunjuk dan nasihat agar
tidak sombong karena kekayaan dan membagikan seluruh kekayaan itu kepada
seluruh rakyat secara adil. Kalau menyanggupi, barulah Dewa Gana menghentikan
aksinya minta makan terus kepada Raja. Dengan terpaksa Raja yang sombong ini
menuruti nasihat Dewa Siwa yang menyebabkan kembali baiknya Dewa Gana. Pesan
moral yang disampaikan cerita ini adalah, janganlah melaksanakan Yajña berdasarkan
niat untuk memamerkan kekayaan.
Selain membuat para undangan kurang nyaman, juga nilai kualitas Yajña tersebut
menjadi lebih rendah.
c. Tamasika Yajña:
Yajña
yang dilakukan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk
sastranya, tanpa mantra, tanpa ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa didasari oleh kepercayaan. Tamasika Yajña adalah Yajña
yang dilaksanakan dengan motivasi agar
mendapatkan untung. Kegiatan semacam ini sering dilakukan sehingga dibuat
Panitia Yajña dan diajukan proposal untuk melaksanakan upacara Yajña dengan
biaya yang sangat tinggi. Akhirnya Yajña jadi berantakan karena Panitia
banyak mencari untung. Bahkan setelah Yajña dilaksanakan, masyarakat
mempunyai hutang di sana-sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan
dilakukan karena sangat tidak mendidik.
IV.
Mempraktikan Yajña
Menurut Kitab Mahabharata dalam Kehidupan
Beryajña
bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya walau bagaimana dan dimanapun mereka
berada. Sesuatu yang dilaksanakannya dengan dilandasi oleh Yajña adalah utama.
Bagaimana agar semua yang kita laksanakan ini dapat bermanfaat dan
bekualitas-utama, mendekatlah kepada-Nya dengan tali kasih karena sesungguhnya Tuhan
adalah Maha pengasih.
Kasih-sayang adalah sikap yang utama bagi yang melaksanakan. Dengan membiasakan
hidup selalu bersahabat sesama mahkluk, terbebas dari keakuan dan keangkuhan,
sama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Orang-orang terkasih selalu puas
dan mantap dalam mengendalikan diri, berkeyakinan yang teguh, terbebas dari
kesenangan, kemarahan, dan kebingungan. Dia yang tidak mengharapkan apapun,
murni dan giat, tidak terusik dan ia yang tidak memiliki pamrih apapun.
Demikian juga orang-orang terkasih adalah mereka yang terbebas dari pujian dan
makian, pendiam dan puas dengan apapun yang dialaminya. Persembahan apapun yang
dilaksanakan oleh seseorang kepada-Nya dapat diterima, karena beliau bersifat
mahakasih.
Daksina dan Pemimpin Yajña
Mendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam maka
terbayang dengan salah satu bentuk jejahitan yang berbentuk serobong (silinder)
terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang, kelapa,
telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuat untuk
tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang Guru (Dewa Siwa) dan
karena itu digunakan sebagai saksi Dewata.
Makna kata daksina secara umum adalah suatu penghormatan dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang
kepada pendeta/pemimpin upacara. Penghormatan ini haruslah dihaturkan
secara tulus ikhlas. Persembahan ini sangat penting dan bahkan merupakan salah
satu syarat mutlak agar Yajña yang diselenggarakan berkualitas (satwika
yadnya). Selanjutnya tentang pentingnya daksina dalam Yajña,
dikisahkan sebagai berikut:
Setelah perang Bharatayuda usai, Sri Krishna menganjurkan kepada Pandawa
untuk menyelenggarakan upacara Yajña yang disebut Aswamedha yadnya.
Upacara korban kuda itu berfungsi untuk menyucikan secara ritual dan spiritual
negara Hastinapura dan Indraprastha karena dipandang leteh (kotor) akibat
perang besar berkecamuk. Di samping itu juga bertujuan agar rakyat Pandawa
tidak diliputi rasa angkuh dan sombong akibat menang perang.
Atas anjuran Sri Krishna, di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa, Pandawa
melaksanakan Aswamedha Yajña itu. Sri Krishna berpesan agar Yajña yang
besar itu tidak perlu dipimpin oleh pendeta agung kerajaan tetapi cukup dipimpin
oleh seorang pendeta pertapa dari keturunan warna sudra yang tinggal di hutan.
Pandawa begitu taat kepada segala nasihat Sri Krishna, Dharmawangsa mengutus
patihnya ke tengah hutan untuk mencari pendeta pertapa keturunan warna sudra.
Setelah menemui pertapa yang dicari, patih itu menghaturkan sembahnya, “Sudilah
kiranya Anda memimpin upacara agama yang benama Aswamedha Yajña, wahai
pendeta yang suci”. Mendengar permohonan patih itu, sang pendeta yang sangat
sederhana lalu menjawab, “Atas pilihan Prabhu Yudhistira kepada saya seorang
pertapa untuk memimpin Yajña itu saya ucapkan terima kasih. Namun kali
ini saya tidak bersedia untuk memimpin upacara tersebut. Nanti andaikata kita
panjang umur, saya bersedia memimpin upacara Aswamedha Yajña yang
diselenggarakan oleh Prabhu Yudistira yang keseratus kali.
Mendengar jawaban itu, sang utusan terperanjat kaget luar biasa. Ia
langsung mohon pamit dan segera melaporkan segala sesuatunya kepada Raja.
Kejadian ini kemudian diteruskan kepada Sri Krishna. Setelah mendengar laporan
itu, Sri Krishna bertanya, siapa yang disuruh untuk menghadap pendeta,
Dharmawangsa menjawab “Yang saya tugaskan menghadap pendeta adalah patih
kerajaan”. Sri Krishna menjelaskan, upacara yang dapat dilangsungkan bukanlah
atas nama sang Patih, tetapi atas nama sang Raja. Karena itu tidaklah pantas
kalau orang lain yang memohon kepada Pendeta. Setidak-tidaknya Permaisuri Raja
yang harus datang kepada pendeta. Kalau permaisuri yang datang, sangatlah tepatkarena
dalam pelaksanaan upacara agama, peranan wanita lebih menonjol dibandingkan
laki-laki. Upacara agama bertujuan untuk membangkitkan prema atau kasih sayang, dalam hal ini yang paling tepat adalah
wanita.
Nasihat Awatara Wisnu itu selalu dituruti oleh Pandawa. Dharmawangsa lalu
memohon sang permaisuri untuk mengemban tugas menghadap pendeta di tengah
hutan. Tanpa mengenakan busana mewah, Dewi Drupadi dengan beberapa iringan
menghadap sang pendeta. Dengan penuh hormat memakai bahasa yang lemah lembut Drupadi
menyampaikan maksudnya kepada pendeta. Di luar dugaan, pendeta itu bersedia
untuk memimpin upacara yang agung itu. Pendeta itu kemudian dijemput
sebagaimana tatakrama yang berlaku. Drupadi menyuguhkan makanan dan minuman ala
kota kepada pendeta. Karena tidak perah hidup dan bergaul di kota, sang Pendeta
menikmati hidangan tersebut menurut kebiasaan di hutan yang jauh dengan etika
di kota.
Pendeta kemudian segera memimpin upacara. Ciri-ciri upacara itu sukses
menurut Sri Krishna adalah apabila turun hujan bunga dan terdengar suara genta
dari langit. Nah, ternyata setelah upacara dilangsungkan tidak ada suara genta
maupun hujan bunga dari langit. Terhadap pertanyaan Darmawangsa, Sri Krishna
menjelaskan bahwa tampaknya tidak ada “daksina” untuk dipersembahkan
kepada pendeta. Kalau upacara agama tidak disertai dengan daksina untuk
pendeta, berarti upacaraitu menjadi milik pendeta. Dengan demikian yang
menyelenggarakan upacara berarti gagal melangsungkan Yajña. Gagal atau
suksesnya Yajña ditentukan pula oleh sikap yang beryajña. Kalau sikapnya
tidak baik atau tidak tulus menerima pendeta sebagai pemimpin upacara, maka
gagalah upacara itu. Sikap dan perlakuan kepada pendeta yang penuh hormat dan
bhakti merupakan salah satu syarat yang menyebabkan upacara sukses.
Setelah mendengar wejangan itu, Drupadi segera menyiapkan Daksina untuk pendeta.
Setelah pendeta mendapat persembahan Daksina, tidak ada juga suara genta
dan hujan bunga dari langit. Melihat kejadian itu, Sri Krishna memastikan bahwa
di antara penyelenggara yajna ada yang bersikap tidak baik kepada pendeta. Atas
wejangan Sri Krishna itu, Drupadi secara jujur mengakui bahwa ia telah
mentertawakan Sang Pendeta pemimpin yajñanya walaupun dalam hati, yaitu
pada saat pendeta menikmati hidangan tadi. Memang dalam agama Hindu, Pendeta
mendapat kedudukan yang paling terhormat bahkan dipandang sebagai perwujudan
Dewa. Karena itu akan sangat fatal akibatnya kalau ada yang bersikap tidak
sopan kepada pendeta. Beberapa saat kemudian setelah Drupadi berdatang sembah
dan mohon maaf kepada pendeta, jatuhlah hujan bunga dari langit dan disertai
suara genta yang nyaring membahana. lni pertanda Yajña Aswamedha itu
sukses. Demikianlah, betapa pentingnya kehadiran “Daksina” yang
dipersembahkan oleh yang berYajña kepada pendeta pemimpin Yajña dalam
upacara Yajña.
Sumber:
Mudana, I Ngh. dan I GN. Dwaja. 2017. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nama : Putu Diah Zharitha Chandra Dewi
BalasHapusAbsen : 34
Kelas : XI MIPA 4
Sklh : SMA N 7 Denpasar
I Made Manik Rama Cahyadi
BalasHapus13
XI MIPA 4
SMAN 7 Denpasar
NAMA: I DEWA GEDE KRISNA ADRIAS PUTRA
BalasHapusNO:07
KELAS:XI MIPA 4
SEKOLAH: SMA N 7 DENPASAR
Nama: I Gusti Agung Yuri Anindha
BalasHapusNo:10
Kelas:XI MIPA 4
Sklh: SMA N 7 DENPASAR
Nama : Cok. Ist. Sintya DMC
BalasHapusNo : 06
Kelas : XI Mipa 3
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama :Luh Putu Widyaswari Putri
BalasHapusNo :25
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
NAMA : ANAK AGUNG SAGUNG MAS SRI ULANDARI TANAYA
BalasHapusNO : 03
KELAS : XI MIPA 4
SEKOLAH : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Komang Ayu Susanti
BalasHapusKelas : XI Mipa 3
No : 32
Sekolah :SMAN 7 DENPASAR
Nama: Ngakan Putu Bagus Ananta Wijaya
BalasHapusNo : 29
Kelas : XI Mipa 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ketut Ayu Marisa Maharani
BalasHapusNo : 19
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Made Ari Candra Paramadana
BalasHapusNo : 14
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMA N 7 Denpasaar
Nama : A.A.Sagung Putri Maha Dewandari
BalasHapusNo : 04
Kelas : XI Mipa 4
Sekolah : SMA N 7 Denpasar
Nama : Putu Sri Devina Constantia U
BalasHapusNo : 36
Kelas : Xl MIPA 4
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama: MADE PUSPAYANTI KARTIKA
BalasHapusNo: 26
Kelas: XI MIPA 3
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Kevin Daniel Dianto
BalasHapusNo : 22
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Luh Putu Adelia Agustina
BalasHapusNo : 22
Kelas : XI Mipa 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Pande Putu Artha Ribawa
BalasHapusNo : 35
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Nyoman Cindy Hapriliani
BalasHapusNo : 33
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Made Yudhi Satria Mahendra Putra
BalasHapusNo : 14
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama:Ni Putu Bella Wikania Putri
BalasHapusNo:34
Kelas:XI MIPA 3
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Made Meishanda Kusuma Divayanti
BalasHapusNo : 27
Kelas : XI Mipa 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : putu putri cahya widyarani
BalasHapusNo : 36
kelas : XI MIPA 3
Sekolah : Sman 7 denpasar
Nama : Ni Ketut Hera Prasanti
BalasHapusNo : 25
Kelas : XI Mipa 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Kadek Rina Arisanti Putri Wijaya
BalasHapusNo : 21
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Kevin Ardiprana Nugraha
BalasHapusNo : 35
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Putu Ayu Agung Windari Putri
BalasHapusNo : 32
Kelas : XI MIPA 4
sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama : I Gusti Agung Jaya Nugraha
BalasHapusNo : 12
Kelas : XI Mipa 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Agus Mahendra Widiantara
BalasHapusNo : 30
Kelas : XI Mipa 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : I.G.A. Regina vy
BalasHapusNo : 16
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: A. A. Istri Jayantri Kusuma Wardhani
BalasHapusNo: 01
Kelas: XI MIPA 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : LUH KOMANG SEVIRAYANI ADINA
BalasHapusNO absen: 24
Kls : XI MIPA 3
Sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama : Putu Agus Krisna Prasetya
BalasHapusNo:29
Kelas: XI MIPA 4
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama: Radja Wedha
BalasHapusNo: 37
Kelas: XI MIPA 4
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : Gusti Agung Ratih Aiswari
BalasHapusNo : 09
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: I Gusti Ayu Sheila Febriyanthi
BalasHapusNo: 40
Kelas: XI MIPA 3
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama: I Komang Wira Satria Wibawa
BalasHapusNo: 11
Kelas: XI Mipa 4
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama:Kadek Ekyk Permana Putra
BalasHapusNo:20
Kelas:XI MIPA 3
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Kadek Diahwinny Indrayani
BalasHapusNo : 31
Kelas : XI mipa 3
Asal sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Dewa Agung Sugiantari Prami Anjani
BalasHapusNo : 07
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Dewa Agung Sugiantari Prami Anjani
BalasHapusNo : 07
Kelas : XI MIPA 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama:I Gusti Ngurah Agung Chandra Palguna
BalasHapusNo:09
Kelas:Xl MIPA 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Gede Wira Buana Gopta
BalasHapusNo : 11
Kelas : XI Mipa 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama:Komang Wulan Ambarawati
BalasHapusNo:21
Kelas:XI MIPA 4
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Nyoman Trisna Yudayanti
BalasHapusNo : 28
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Gek Anggie Cahya Paramitha
BalasHapusNo : 06
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : Ni Luh Hita Gauri
BalasHapusNo : 26
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama:A.A NGR DENY ADWITIYA PUTRA
BalasHapusNO:02
KLS:XI MIPA 4
SEKOLAH:SMAN7 DENPASAR
nama : Ida bagus agung wirasandi
BalasHapuskelas : XI MIPA 3
no : 19
sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: I Wayan Tegar Surya Sastrawan
BalasHapusKels :XI MiPA 3
No: 17
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama:Ida Ayu Gede Natiya Setyawati
BalasHapusKelas :XI MIPA 4
NO : 17
SEKOLAH :SMAN 7 DENPASAR
Nama : Naraya Kinastrian Siniddhikara Duarsa
BalasHapusKls: XIMIPA3
No : 28
Sekolah : SMAN 7 DPS
Nama: Rinatya Dewi
BalasHapusNo: 40
Kelas: XI IPS
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama . Made radita guna dharma
BalasHapusKls. Xi ips 3
No. 28
Sekolah sma negeri 7 denpasar
Nama: Ida Ayu Ratih Sanistya Dewi
BalasHapusKelas: XI IPS 3
No: 23
SMAN 7 Denpasar
Nama:Gede Khrisna Putra Endriawan
BalasHapusNo:9
Kls:XI IPS 3
Sekolah:SMAN7 Dps
Nama : Ni Nyoman Fanny Cantika Putri
BalasHapusKelas : Xi Ips 4
No : 31
Nama : Made Widi Wulandari
BalasHapusKelas : XI IPS 3
No : 31
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : I Made Wijayananda
BalasHapusNo : 18
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: I Nyoman Dwitya Adhyatma Nugraha
BalasHapusKelas: XI IPS 2
No: 42
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama: ida ayu ngurah shintya ciptadewi
BalasHapusAbsen:19
Kelas:xi ips 1
Sekolah: SMAN7 dps
Nama : Ayu Made Kartika Maharani
BalasHapusNo : 05
Kls : XI IPS 2
Sklh : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Anak Agung Sagung Putri Jambe Kencana Wisesa
BalasHapusNo: 02
Kelas: XI IPS 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama:I Putu Agus Mahendra
BalasHapusNo :17
Kelas:XI IPS 1
Sekolah: SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama: NI MADE SRI WAHYUNI ANGGRAENI
BalasHapusNo : 33
Kelas : XI IPS 2
Sekolah : SMAN 7 DPS
Nama : komang diffa bayu saputra
BalasHapusNo : 25
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : kadek aristya wulandari putri
BalasHapusNo : 32
Kelas : XI IPS 1
Nama sekolah : SMAN 7 DENPASAR
NAMA: I WAYAN ONGKI SUPUTRA
BalasHapusNO:42
KELAS:XI IPS 3
SEKOLAH:SMA N 7 DPS
I Made Yogi Wijaya Mahendra
BalasHapus19
XI IPS 3
SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Made Indah Dwi Diarasita
BalasHapusNo : 33
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMA NEGERI 7 DENPASAR
Nama : Ni Putu Artini
BalasHapusKelas : XI ips 2
Absen : 35
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Made Bayu Pramana Diksa
BalasHapusNo : 43
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
NAMA: NI PUTU SINTYA ARISTYA PURNAMA DEWI
BalasHapusKELAS: XI IPS 2
NO: 37
SEKOLAH : SMA N 7 DENPASAR
Nama : I Gede Nanda Jaya Pratama
BalasHapusNo : 15
Kelas : XI IPS 2
Nama: Kadek Ratih Putri Divany
BalasHapusAbsen: 23
Kelas: XI IPS 1
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama: I Komang Adi Saputra
BalasHapusNo: 17
Kelas: XIIPS2
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Putu Ayu Mirah Suputri
BalasHapusNo : 36
Kelas : 36
Sekolah : SMA N 7 DENPASAR
Nama: I Dewa Ayu Dewi Candrika Laksmi
BalasHapusAbsen: 10
Kelas: XI IPS 2
Asal sekolah: SMAN 7 dps
Nama : IGede Kusuma Arcana
BalasHapusNo : 08
Kelas : XI IPS 1
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Made Yogi Wijaya Mahendra
BalasHapusNo : 19
Kls : XI IPS 3
SMAN 7 DENPASAR
Nama:Kadek Pramana Satria Wibawa
BalasHapusNo : 22
Kelas : XI IPS1
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Made Rahayu Engelia Tara
BalasHapusNo : 29
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Dinda Ayu Suastini
BalasHapusNo: 08
Kelas: XI IPS 3
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Kadek Melani Sari
BalasHapusAbsen : 28
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar
Nama: I Kadek Ferry Januarta
BalasHapusNo absen: 14
Kelas: XI IPS 3
Asal Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Komang Alit Prameswari Atmaja
BalasHapusNo : 31
Kls : XI IPS 2
sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Made Yudiawan
BalasHapusNo : 20
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Putu Ayu Mirah Suputri
BalasHapusNo : 36
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMA N 7 DENPASAR
Nama : I kadek krisna saputra
BalasHapusNo : 13
Kelas : XI Ips 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Ni Putu Tasya Darma Dani
BalasHapusNo: 35
Kelas: XI IPS 3
SEKOLAH: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Luh Erica Agung Astriani
BalasHapusNo. Absen : 31
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : I Kadek Agus Ari Saputra
BalasHapusNo : 13
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Ayu Mutiara Maharani
BalasHapusNo.Absen : 39
Kelas : XI IPS 2
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : Ni Putu Putri Puspitasari
BalasHapusNo : 36
Kelas : XI IPS 2
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Gusti Ayu Made Dwita Putri Adnyani Sari
BalasHapusNo: 09
Kelas: XI IPS 2
Sekolah: SMA Negri 7 Denpasar
Nama: Ni Komang Satya Gayatri Putri Vivekananda
BalasHapusNo: 34
Kls: Xi Ips
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama :Ni Made Devi Parwati
BalasHapusNo :35
Kelas :xi ips1
Sekolah :SMAN 7 DENPASAR
Nama : Nyoman Destri Ajeng Sari
BalasHapusAbsen: 38
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar
Nama : Putu Intan Puspita Sari
BalasHapusNo : 39
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Intan Puspita Sari
BalasHapusNo : 39
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Ni Wayan Alvina Listianty
BalasHapusNo: 37
Kelas:XI IPS 1
sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : I Gede Nanda Jaya Pratama
BalasHapusNo : 15
Kelas : XI IPS 2
Sekolah: SMA Negeri 7 Denpasar
Nama: Gede Ngurah Darma Suputra
BalasHapusNo: 06
Kelas: XI IPS 1
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama: Ni Wayan Alvina Listianty
BalasHapusNo: 37
Kelas:XI IPS 1
sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama: I Putu Ryan Krisna Pratama Putra
BalasHapusNo: 17
Kelas: XI IPS 4
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : Ni Gusti Ayu Ratna Dewi
BalasHapusNo : 30
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : DERRYL DEWANTARA DIAZ
BalasHapusNO : 05
KELAS : XI IPS 1
SEKOLAH : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Putu Nanda Pratiwi Wijaya
BalasHapusNo : 38
Kelas: XI IPS 1
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Kadek Wahyu Satyanugraha
BalasHapusNo : 14
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama : indah Setya febrianty
BalasHapusNo 43
Kls : XI IPS 2
sekolah: SMA 7 denpasar
Nama: Ranya mahaputri hartono
BalasHapusNo:39
Kelas:XI IPS 3
Sekolah: SMAN 7Denpasar
Nama: Ni Komang Enny Sri Yuniastuti
BalasHapusNo: 33
Kelas: XI IPS 1
Sekolah: SMAN7 DENPASAR
Nama:A.A Istri Cintya Prabandari
BalasHapusNo.absen:03
Kelas: XI IPS 2
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Komala Ariatna
BalasHapusNo : 40
Kelas : XI IPS 2
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: I Gusti Ayu Sri Laksmi Wulandari
BalasHapusNo: 09
Kelas: XI IPS 1
Sekolah: SMA N 7 Denpasar
Nama : Made Wahyu Widya Nugraha
BalasHapusKelas: XI IPS 3
No absen: 30
Sekolah :SMAN 7 DENPASAR
Nama :luh kadek sri wahyu widhiasih
BalasHapusNo :26
Kelas: XI IPS 1
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama:Anak Agung Dwi Yuli Andari
BalasHapusNo:04
Kelas: XI IPS 3
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : I Gusti Ngurah Agung Aria Andhika Semara
BalasHapusKelas : XI IPS 3
No : 1
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Kadek Risma Devina Pramesti
BalasHapusNo : 22
Kelas: XI IPS2
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama: Made Bagus Brahmanda Putra Krisna
BalasHapusKelas: XI IPS 1
No: 28
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Pande Made Martha Ameyla
BalasHapusKelas : XI IPS 3
No : 37
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Dewa Ayu Made Praba Resta Kristania
BalasHapusNo : 07
Kelas : XI IPS 3
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama:A.A Ngr agung bayu prabawa
BalasHapusNo:06
Kls:XI IPS 3
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ida Ayu Putu Bunga Radita Updani
BalasHapusNo : 20
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMAN 1 Denpasar
Nama: I Gusti Agung Ayu Dian Agustina
BalasHapusNo:16
Kelas:XI Ips 2
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
nama: ni made nova mahadewi
BalasHapusno: 34
kelas: xi ips 3
sekolah: sman 7 denpasar
Nama : Ida Ayu Putu Bunga Radita Upadani
BalasHapusNo : 20
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMAN 7 Denpasae
Nama : Ida Ayu Gede Dian Maharani
BalasHapusNo: 18
Kelas: XI IPS 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ida Ayu Gede Dian Maharani
BalasHapusNo: 18
Kelas: XI IPS 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Anak Agung Ayu Dyah Saraswati
BalasHapusNo : 03
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : A.A.Ngurah Gede Darma
BalasHapusNo : 04
Kelas : XI IPS 2
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Nyoman Miming Octara
BalasHapusNo : 36
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Nym Gayatri Wirasetia Prema Wiharini
BalasHapusNo : 37
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Made Devie Indrayani Kausalya
BalasHapusNo : 26
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama: I PUTU BENAYAKA HANANDUTA
BalasHapusNo: 15
Kelas: XI MIPA 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
nama: made ayu bintang kumala dewi
BalasHapusno: 26
kls: XI ips 2
sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama:Ni Komang Intan Pradnya Dewi
BalasHapusNo: 32
Kelas: XI IPS 2
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama:Kadek Ayu Dwi Denika Mulia
BalasHapusNo:21
Kelas:XI IPS 4
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama: Ni Made Deas Mutia ratih
BalasHapusAbsen: 32
Kelas: XI Ips 4
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : Kadek Sinta Maharani Dewi
BalasHapusNo : 23
Kls : XI IPS 4
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama: Dewa Ayu Triadinda Cahya Subandi
BalasHapusNo: 04
Kelas: XI IPS 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama:setyowati galuh puspita
BalasHapusNo:39
Kelas:XI IPS 1
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
NAMA:AA NGR ADI WAHYU ANGGA PUTRA
BalasHapusNO:05
KLS:XI IPS 3
SEKOLAH:SMAN 7 DENPASAR
I PUTU ADE JAYA WIGUNA
BalasHapus21
XI IPS 3
SMAN 7 DENPASAR
Nama :I Nyoman Rico Dwi Cahya I.
BalasHapusNo : 16
Kls : XI IPS 4
Sklh : SMA N 7 Denpasar
Nama: Ni Kadek Anggi Agustina Cahyani
BalasHapusNo: 30
Kelas: XI IPS 2
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama :MD Ayu Sinta Juniari
BalasHapusNo :25
Kelas :xi ips 2
Sekolah : SMA N 7 Denpasar
Nama: Ni Luh Putri Eka Maharani
BalasHapusKls:XI Ips 1
No:42
NAMA: NGURAH ANOM BAYU DHARMASUTA
BalasHapusNO: 24
KELAS: XI MIPA 4
SEKOLAH: SMAN 7 DENPASAR
Nama : A A Istri Mytha Maheswari
BalasHapusAbsen : 03
Kelas : xi ips 1
SMAN 7 DENPASAR
I Kadek Atilla Chrisna Wantara
BalasHapusNo : 24
Kelas :XI Ips 4
SMAN 7 Denpasar
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama:A.A Ayu Naori Novira Devi
BalasHapusNo :02
Kelas :XI IPS 1
SMAN 7 Denpasar
Nama: A.A Bintang Cahya Maharani
BalasHapusNo: 45
Kelas: XI IPS 2
SMA N 7 DENPASAR
Nama: Ni Kadek Tari Dwita Purnamasari
BalasHapusNo: 42
Kelas: XI IPS 4
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama: Putu Intan Purnama Sari
BalasHapusNo:38
Kls: XI IPS 3
Nama : Putu Sri Raditha Saraswati Okan Suparta
BalasHapusKelas : XI IPS 4
No Absen : 40
Nama:i komang gede saras anantha citha
BalasHapusNo :13
kls :XI IPS 1
sekolah:SMAN 7 DENPASAR
nama : kadek oka hendrawan
BalasHapusno :22
kelas: xiips4
sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: I Made Sugiantara
BalasHapusKelas: XI IPS 3
Absen: 17
Sekolah: SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Nanda Mahayendra
BalasHapusNo :25
Kelas :XI IPS 4
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama : Anak Agung Ayu Anindia Adisty Paramita
BalasHapusNo : 02
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama :I Dewa Ayu Kadek Anom Julianingsih
BalasHapusNo :07
kelas ix Ips 1
sekolah :SMAN 7 Denpasar
Nama :I Kadek Agus Antara
BalasHapusNo:11
Kelas:XI IPS 4
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama : A.A Ngr Jambe A.P
BalasHapusNo : 3
Kelas : XI Ips 4
Sekolah : Sman 7 Denpasar
Nama:Ayu Komang Tri Ambara Putri
BalasHapusNo:05
Kelas:XI MIPA 4
Sekolah:SMAN7 Denpasar
Nama: Kadek Oka Sanjaya
BalasHapusNo: 21
Kls: XI IPS 1
Sekolah: SMA Negeri 7 Denpasar
Nama : I Gede Putu Satya Iswara
BalasHapusNo: 8
Kelas : XI IPS 4
Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar
Nama:I Gede Sukta Wisnu Adi Putra
BalasHapusNo:10
Kelas:XI MIPA 3
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama: I Gusti Agung Chintya Anindya Mantara
BalasHapusNo: 10
Kelas: Xi ips 4
Nama: I Gusti Agung Chintya Anindya Mantara
BalasHapusNo: 10
Kelas: Xi ips 4
Sekolah: Sman 7 denpasar
Nama : Putu Novi Calista damayanti
BalasHapusNo : 41
Kelas : XI IPS 3
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama: Komang ari saputra
BalasHapusKelas : XI IPS 4
absen :26
Nama : I Dewa Ayu Sutji Kiran Tirtawati R
BalasHapusKelas : XI IPS 2
Absen : 11
Nama: md sri oriana laksmi
BalasHapusKelas: XI IPS 1
Absen:29
Sekolah:Sman 7 Denpasar
Nama:anak agung sagung dara triana
BalasHapusNo:03
Kelas:XI MIPA3
Sekolah:SMAN 7 DENPASAR
Nama:I Made Gede Budi Sastra Sumayasa
BalasHapusNo:15
Kelas:XI Mipa 3
Sekolah:SMAN 7 Denapasar
Made Ega Dhurandhara Gautama (27/XI IPS 3)
BalasHapusSekolah: SMAN 7 Denpasar
I Made Arya Wirajaya/15/Xl IPS 1
BalasHapusSMAN 7 Denpasar
I Made Arya Wirajaya/15/Xl IPS 1
BalasHapusSMAN 7 Denpasar
I Komang Bagus Ardana Putra/13/XI MIPA 3
BalasHapusSMAN 7 Denpasar
Tamara adi pradnya/40/XI IPS 1
BalasHapusSMAN 7 Denpasar
Made Krisna Danendra / 27 / XI MIPA 6 / SMAN 7 Denpasar
BalasHapusNAMA : I Putu Adi Satria Wedantara
BalasHapusNO : 15
KELAS : XI MIPA 6
SEKOLAH : SMAN 7 Denpasar
Ni Putu Amanda Mas Rusana/35/XI MIPA 6/SMAN 7 DENPASAR
BalasHapusNama: Anak Agung Istri Arundhati Aiswara
BalasHapusNo: 02
Kelas: XI MIPA 6
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Komang Ayu Sanimita Ahrani
BalasHapusNo : 23
Kelas : XI MIPA 6
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama: Kadek Winata Kusuma
BalasHapusNo.Absen: 19
Kelas: XI MIPA 6
Nama Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama : Ida Ayu Diva Lingga Maheswari
BalasHapusNo : 15
Kelas : XI MIPA 5
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Made Aditya Kusuma Dwiputra
BalasHapusNo: 21
Kelas:XI MIPA 8
SMAN 7 DENPASAR
Nama : Putu Eka Putri Saraswati
BalasHapusNo : 36
Kelas : XI MIPA 5
Sekolah : SMA N 7 Denpasar
Nama : Putu Sri Dianingsih
BalasHapusNo : 38
Kelas : XI MIPA 5
Sekolah : SMA Negeri 7 Denpasar
Anak Agung Indi Kusuma Putra
BalasHapus02
XI MIPA 8
SMAN 7 DENPASAR
Kadek Widnyana Putra
BalasHapus19
XI MIPA 8
SMAN 7 DENPASAR
Nama : Ni Kadek Indira Kusumayanti
BalasHapusNo : 31
Kelas :XI MIPA 5
Nama Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Nama :Made Smita Padma Ranjana
BalasHapusNo : 27
Kelas : XI MIPA 5
Sekolah : SMAN 7 DENPASAR
Nama: Anak Agung Mirah Meika Dewi
BalasHapusNo: 03
Kelas: XI Mipa 6
Sekolah: SMAN 7 Denpasar
Nama: Ni Putu Meisya Ratna Dewi
BalasHapusNo : 39
Kelas : XI Mipa 7
Sekolah : SMAN 7 Denpasar
Anak Agung Gde Ardjun Surya Pramartha
BalasHapus03
XI MIA 7
SMA NEGERI 7 DENPASAR