Nilai-nilai
Yajna dalam Ramayana
1.
Pengertian
Yajna
Menurut
etimologi kata Yajña berasal dari
kata yaj yang artinya memuja atau memberi pengorbanan atau menjadikan
suci. Kata ini juga diartikan bertindak sebagai perantara. Dalam Ṛgveda VIII, 40. 4. Yajña artinya
pengorbanan atau persembahan. Yajña merupakan suatu perbuatan dan kegiatan
yang dilakukan dengan penuh keikhlasan untuk melakukan persembahan kepada Hyang
Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan di dalamnya mengandung unsur Karya (perbuatan), Sreya (tulus
ikhlas), Budhi (kesadaran), dan Bhakti (persembahan). Selama
ini Yajña dipahami hanyalah sebatas piodalan atau menghaturkan
persembahan (Banten). Arti Yajña yang sebenarnya adalah
pengorbanan atau persembahan secara tulus. Yajamana
artinya orang yang melakukan atau melaksanakan Yajña, sedangkan Yajus berarti aturan tentang Yajña.
Segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada Hyang Widhi/Tuhan dengan penuh
kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan perilaku yang tulus demi kesejahtraan alam semesta disebut dengan Yajña.
Latar belakang
manusia untuk melakukan Yajña
adalah adanya Ṛṇa (hutang). Dari Tri Ṛṇa (tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan
ini) kemudian menimbulkan Pañca Yajña
yaitu dari Dewa Ṛna menimbulkan deva Yajña dan Bhuta Yajña,
dari Ṛsi Ṛna menimbulkan Ṛsi Yajña, dan dari Pitra Ṛna
menimbulkan Pitra Yajña dan Manusa Yajña. Kesemuanya itu
memiliki tujuan untuk mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunjuk Veda,
meningkatkan kualitas kehidupan, pembersihan spiritual dan penyucian serta
merupakan suatu sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan Hyang Widhi/Tuhan.
Inti dari Yajña adalah
persembahan dan bhakti manusia kepada Hyang Widhi/ Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sarana upacara
inilah disebut dengan upakara/banten. Melalui sarana berupa upakara
atau banten ini, umat Hindu menyampaikan bhaktinya kepada Hyang Widhi/Tuhan.
Banten yang dipersembahkan dimulai dari tingkatan yang terkecil sampai terbesar
(kanista, madya, utama). Kemudian banten ini dipersembahkan ketika ada
upacara/piodalan juga hari-hari raya menurut agama Hindu.
Upacara
Yajña adalah merupakan langkah yang diyakini sebagai ajaran bhakti dalam
agama Hindu. Dalam Atharvaveda
XII.1.1 disebutkan Yajña adalah salah satu penyangga bumi.
Satyaṁ
bṛhadṛtamugra dikṣa tapo
brahma
Yajñaḥ pṛthiviṁ dharayanti,
sa
no bhutasya bhavy asya
patyuruṁ
lokaṁ pṛthivi naḥ kṛṇotu
(Atharvaveda XII.1.1)
Terjemahan:
Sesungguhnya kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh dan suci (rta), diksa, tapa brata, Brahma dan juga Yajña yang menegakkan dunia semoga dunia ini, ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang lega bagi kami.
Demikian
disebutkan dalam kitab Atharvaveda. Pemeliharaan
kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus sepanjang Yajña terus menerus
dapat dilakukan oleh umat manusia. Demikian pula Yajña adalah pusat terciptanya alam semesta atau Bhuwana Agung
sebagaimana diuraikan dalam kitab Yajurveda. Disamping sebagai pusat
terciptanya alam semesta, Yajña
juga merupakan sumber berlangsungnya perputaran kehidupan yang dalam kitab Bhagavad
gita disebut Cakra Yajña. Kalau Cakra Yajña ini tidak
berputar maka kehidupan ini akan mengalami kehancuran.
Saha Yajñaḥ prajaḥ
sṣṛtva
Puro’vaca
prajapatiḥ
aneṇa
prasaviṣyadhvam
eṣa
vo ‘stv iṣṭa kamandhuk
(Bhagavadgita III.10)
Terjemahan:
Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan manusia dengan Yajña dan bersabda: “dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamandhuk dari keinginanmu”.
Hyang
Widhi/Tuhan menciptakan manusia dengan Yajña. Dengan Yajña
pulalah manusia mengembang dan memelihara kehidupannya. Keikhlasan dan kesucian
diri adalah dasar melaksanakan suatu Yajña. Kesucian diri dicerminkan
dalam kehidupan yang benar memiliki kesiapan rohani dan jasmani seperti
mantapnya Sraddha, rasa bhakti, keimanan, kesucian hati maupun kehidupan
yang suci sesuai dengan moral dan spiritual. Veda menguraikan empat cara
yang berbeda untuk mengungkapkan ajaran Veda.
ṛcaṁ tvaḥ poṣamaste pupuṣvam
gayatraṁ tvo gayati sakvaiṣu,
brahma tvo vadati jatavidyaṁ
Yajñasya mantram vi mimita u tvaḥ
(Ṛgveda, X.71.II)
Terjemahan:
Seorang bertugas mengucapkan sloka-
sloka Veda, seorang melakukan nyanyian pujaan dalam sakrawari, seorang
lagi yang menguasai pengetahuan Veda mengajarkan isi Veda, dan
yang lain mengajarkan tata cara melaksanakan korban (Yajña).
Demikianlah Yajña merupakan salah satu cara mengungkapkan ajaran Veda. Oleh kerana itu Yajña merupakan simbol pengejawantahan ajaran Veda, yang dilukiskan dalam bentuk simbol-simbol (niyasa). Melalui niyasa dalam ajaran Yajña realisasi ajaran agama Hindu diwujudkan untuk lebih mudah dapat dihayati, dilaksanakan dan meningkatkan kemantapan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan itu sendiri. Kebesaran dan keagungan Hyang Widhi/Tuhan yang dipuja, perasaan hati pemujaNya, maupun wujud persembahan semuanya. Melalui lukisan niyasa dalam upakara, umat Hindu ingin menghadirkan Hyang Widhi/Tuhan yang akan disembah serta mempersembahkan isi dunia yang terbaik.